Rabu 22 Nov 2017 09:00 WIB

Menag: Pendidikan Islam Patut Dijaga

Rep: novita intan/ Red: Budi Raharjo
International Islamic Education Exhibition (IIEE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan.
Foto: Muhyiddin
International Islamic Education Exhibition (IIEE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG -- Guna menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks di era globalisasi ini dibutuhkan lembaga pendidikan Islam harus diperkuat. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan komitmen Islam sebagai pedoman menyebarkan pendidikan Islam patut dijaga dan pelihara.

Karena pendidikan Islam sudah diwariskan, Islam yang moderat tidak ekstrim atau berlebihan, lembaga pendidikan Islam seperti pesantren yang kita miliki sudah berkembang di nusantara menjadi ciri khas Indonesia, ujarnya saat pembukaan acara International Islamic Education Exhibition (IIEE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Selasa (21/11).

Lukman mengakui, saat ini lembaga pendidikan Islam sudah berkembang cukup signifikan, mulai dari segi metodologi pengajaran, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Kualitas keagamaan semakin membaik, sekarang ormas Islam luar biasa kontribusinya bukan hanya madrasah tetapi perguruan tinggi, ungkapnya.

Apalagi, lanjut Lukman, tahun ini untuk pertama kalinya menyelenggarakan, konferensi Internasional Studi Islam atau Annual International Conference Islamic Studies (AICIS) dan International Islamic Education Expo (IIEE). Pertama kalinya internasional islamic expo, sebuah forum bertemunya berhimpun pemangku kepentingan pendidikan islam khususnya pengelola lembaga pendidikan islam di tanah air, ucapnya.

"Forum ini bisa dimanfaatkan dengan saling bertemu, berbagi pengetahuan pengalaman, saling menegaskan menjadikan pendidikan islam sehingga bisa menyelesaikan persoalan secara bersama," ungkapnya.

Menurutnya, kehidupan beragama umat Islam Indonesia bisa menjadi contoh ideal bagi negara-negara di dunia untuk menghadirkan Islam yang moderat, toleran dan demokratis. "Pendidikan Islam perlu dijaga dipelihara untuk masa-masa mendatang, berupaya mampu menjaga mengembangkan dinamika masyarakat," ucapnya.

Sementara Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin Amin menambahkan di tengah maraknya gempuran gerakan radikalisme global, kebutuhan pemahaman keagamaan yang moderat itu menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan.

Indonesia bisa saja menjadi negara ultrakonservatif seperti Saudi, bisa saja menjadi negara sekuler seperti Turki, bisa menjadi negara teokrasi seperti Iran, atau semi teokrasi seperti Pakistan, atau sangat ekstrem seperti Pakistan. "Tapi itu tidak terjadi karena kita punya benteng lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan agama moderat," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement