Ahad 19 Nov 2017 22:43 WIB

Persoalan Agama Harus Diselesaikan dengan Keindonesiaan

Rep: Muhyiddin/ Red: Karta Raharja Ucu
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Amin Abdullah
Foto: Republika/Muhyiddin
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Amin Abdullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 90 Ulama dan Cendekiawan Muslim dari berbagai latar belakang Ormas Islam mengikuti penutupan Halaqah Nasional Ulama dan Cendekiawan yang digelar di Jakarta Pusat, Ahad (19/11). Dalam halaqah ini para peserta membahas tentang persoalan keagamaan dan keindonesiaan.

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Amin Abdullah menceritakan dalam halaqah ini diikuti ormas Islam dari latar belakang yang berbeda-beda, seperti Ormas Islam NU, Muhammadiyah, Persis, Syiah, Ahmadiyah dan lain-lain. Namun, ia mengaku dalam forum ini terasa nyaman lantaran saling menghormati perbedaan itu, sehingga dapat menyelesaikan segala persoalan agama dalam bingkai Keindonesiaan.

"Bagaimana pun kan penyelesaiannya harus keindonesiaan, kebinekaan, ramah terhadap perbedaan," ujarnya saat berbincang dengan Republika.co.id usai penutupan Halaqah Nasional Ulama dan Cendikiawan di Jakarta, Ahad (19/11).

Ia mengatakan semua peserta halaqah bisa saling bertukar ilmu pengetahuan dalam halaqah ini. Karena, menurut dia, suasana diskusi dalam forum ini terasa cair dan tidak ada beban-beban ideologis walaupun perbeda-perbedaan tersebut ada.

"Itu memberi insiprasi pada saya bahwa diskusi agama, wilayah-wilayah publik, untuk kepentingan umum, ya modelnya kayak gini. Terbuka saling mengkritik dan itu sangat keindonesiaan sekali," kata ketua tim pengarah halaqah ini.

Ia berharap kegiatan halaqah seperti ini bisa memberikan inspirasi kepada semua yang ingin menguatkan keindonesiaan. Apalagi, saat ini banyak persoalan yang harua dipecahkan bersama, seperti halnya tentang Perppu Ormas atau tentang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kolom agama.

"Jadi ini penting. Memang kita beda satu sama lain tapi kita saling menghormati. Jangan cuma menekankan persqmaan nanti malah konflik. Tapi kalau yang ditekankan perbedaan dengan menghormarti hak-hak fundamental masing-masing, itu lebih nyaman," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement