Sabtu 18 Nov 2017 05:35 WIB

Muhammadiyah Merekatkan Kebersamaan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Muhammadiyah tengah merayakan milad ke-105
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Muhammadiyah tengah merayakan milad ke-105

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah tengah merayakan milad ke-105 tahun di Kraton Yogyakarta. Peringatan milad dibalut nuansa budaya dan dihadiri tokoh-tokoh nasional dari seluruh Indonesia. Tampak hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy; Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo: Kapolri Jenderal Tito Karnavian sampai ketua-ketua partai politik. Warga Muhammadiyah yang hadir pun menggunakan pakaian adat khas daerah masing-masing, sehingga menampilkan Bhineka Tunggal Ika.

Dalam pidatonya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai, Muhammadiyah sebagai mualaf dalam kebudayaan terus berusaha merekatkan kebersamaan di Indonesia. Haedar menegaskan, milad kali ini jadi simbol upaya-upaya Muhammadiyah tersebut.

"Kita terus merekat kebersamaan di tengah keberagaman, tema milad kali ini jadi simbol usaha yang tidak kenal lelah Muhammadiyah untuk menggelorakan api persaudaraan di tubuh bangsa ini, betapapun dinamika yang dilalui" kata Haedar di Kraton Yogyakarta, Jum'at (17/11) malam.

Ia mengingatkan, senantiasa ada mozaik kenegarawanan yang indah untuk terus direfleksikan dari Indonesia, termasuk dari pemilihan nama Indonesia sendiri. Ada pula gelora pemuda-pemuda lewat Sumpah Pemuda 1928, untuk bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu.

Haedar mengungkapkan apresiasinya kepada tokoh-tokoh pendiri bangsa yang telah mengorbankan jiwa raganya. Termasuk, Ki Bagus Hadikusumo dan tokoh-tokoh Islam, yang dulu telah rela mengakomodasi tujuh kata di Piagam Jakarta menjadi sila pertama Pancasila.

"Hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia," ujar Haedar yang disambut riuh tepuk tangan.

Haedar turut mengingatkan pesan Bung Karno pada 1 Juni 1945 yang hendak mendirikan suatu negara semua buat semua, bukan untuk satu orang apalagi satu golongan. Termasuk, pesan yang terpatri dari peran Bung Hatta yang menarik cita-cita bangsa ke perwujudan nyata dengan semangat kenegarawanan.

"Jangan biarkan tangan segelintir orang menguasai Indonesia dan merusak kebersamaan, umat Islam harus jadi pemersatu," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement