Jumat 17 Nov 2017 10:14 WIB

Keutamaan Memberi Tumpangan Kendaraan

Ustaz Asep Abdul Wadud (kiri) mengupas kitab Riyadhush Shalihin lil Athfal.
Foto: Irwan Kelana/Republika
Ustaz Asep Abdul Wadud (kiri) mengupas kitab Riyadhush Shalihin lil Athfal.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Jangan sepelekan kesempatan berbuat kebaikan sekecil apa pun. Termasuk memberikan tumpangan kendaraan kepada saudara,  tetangga atau teman yang memerlukan dalam sebuah perjalanan.

“Memberikan tumpangan kendaraan adalah salah satu amal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW,” kata Ustz Asep Abdul Wadud saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani,  Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/11) pagi.

Dalam pengajian tersebut, Ustaz Asep Abdul Wadud membahas kitab Riyadhush Shalihin lil Athfal. Ia lalu mengutip salah satu hadits Rasulullah SAW yang bersumber dari Abu Said Al-Khudry, “Barangsiapa yang membawa kendaraan dan masih ada tempat kosong, ajaklah orang lain untuk naik kendaraan tersebut.”

“Anjuran Nabi ini sangat jelas. Kalau kita membawa kendaraan, dan masih ada kursi yang kosong, kemudian kita bertemu saudara, teman atau tetangga, yang searah perjalanan dengan kita, ajaklah ia naik kendaraan bersama kita. Minimal tawari dia untuk naik ke dalam kendaraan kita. Jangan malah berpura-pura tidak tahu, bahkan kaca jendela yang semula terbuka, malah ditutup, supaya dia tidak menumpang kendaraan kita,” ujar Ustaz Asep Abdul Wadud.

Ia lalu melanjutkan hadits tersebut, “Barangsiapa mempunyai kelebihan bekal  (makanan), maka ajaklah teman yang tidak membawa atau tidak mempunyai bekal tersebut, untuk menikmatinya secara bersama-sama.”

“Ini juga salah satu amal yang dianjurkan oleh Rasulullah. Tawari teman kita makanan sejak awal. Jangan berikan sisa makanan kepadanya,” tuturnya.

Jadi, kata Ustaz Asep Abdul Wadud, hendaklah seorang Muslim yang mempunyai kelebihan bekal apa pun, berbagi/ membantu orang lain yang membutuhkan. Termasuk dalam hal ini adalah memberikan maaf. “Kalau kita punya kelebihan apa pun, bantulah teman atau saudara kita yang tidak membawa atau tidak punya barang tersebut, dan dia memerlukannya. Penting bagi kita untuk saling membagi. Itulah Muslim,” kata Ustaz Asep Abdul Wadud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement