Kamis 16 Nov 2017 16:56 WIB

Cegah Radikalisme, NU Harus Tawarkan Konsep Tandingan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Esthi Maharani
Yenny Wahid
Foto: RMV
Yenny Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Intoleransi dan radikalisme merupakan isu panas di tengah-tengah umat Islam Indonesia saat ini. Masing-masing kelompok menyatakan diri paling benar dan mudah menyalahkan kelompok lain yang tidak sepaham.

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan kondisi ini merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi. Terdapat kelompok tertentu yang menawarkan konsep keagamaan kepada masyarakat namun dapat membawa ke tindakan intoleran dan radikalisme.

"Ini tantangan. Nahdlatul Ulama (NU) bisa menyediakan tandingan konsep," ujar Yenny dalam FGD Pra-Munas Alim Ulama NU Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme di Indonesia, di Hotel Harris Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (16/11).

Yenny mengungkapkan lahirnya sikap intoleransi diantaranya disebabkan oleh perasaan tidak adanya ketidakadilan. Kemudian juga adanya perasaan teralienasi. Kegelisahaan yang dialami umat Islam, khususnya anak muda, kata Yenny, akan rentan intoleran. Apalagi jika mereka mendapatkan ceramah dari ustaz yang isinya dapat mengarah ke tindakan intoleransi dan radikalisme.

Karena itu, Yenny menegaskan NU harus juga bisa menawarkan konsep agama sebagai solusi yang dihadapai masyarakat Islam saat ini. Lalu mengkampanyekan secara masif.

"Kami berharap melalui Munas Alim Ulama, keluar ada konsep yang ditawarkan NU yang memjawab kegelisahan orang-orang yang merasa teralienasi," tuturnya.

Counter ideologi terhadap ideologi yang disebarkan secara masif oleh kelompok tertentu, lanjut Yenny, harus dilakukan oleh NU. Supaya bisa menjawab kegelisahan nyata yang dihadapi saat ini.

Pancasila, menurut Yenny merupakan ideologi yang pas untuk menjawab kegelisahan tersebut. Pasalnya, pancasila dapat menjadi titik temu antara persoalan kenegaraan dan keagamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement