Kamis 16 Nov 2017 13:41 WIB

Kemenag akan Perkenalkan Pendidikan Islam Indonesia ke Dunia

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Jumpa Pers kegiatan International Islamic Education Expo
Foto: istimewa/panitia iiee
Jumpa Pers kegiatan International Islamic Education Expo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof Kamaruddin Amin mengatakan, Indonesia selama ini telah berperan penting dalam mengembangkan peradaban Islam melalui pendidikan Islam. Karena itu, Kemenag akan menggelar kegiatan Pameran Pendidikan Islam Internasional terbesar atau International Islamic Education Expo (IIEE) di Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Banten.

Pameran yang mengangkat tema "Pendidikan Islam Indonesia untuk Perdamaian Dunia" ini akan diselenggarakan pada 21-24 November 2017. "Tujuan utamanya adalah bagaimana pendidikan Islam ini diketahui secara proporsianal oleh masyarakat Internasional dan nasional, sehingga kita mengundang seluruh kedutaan besar," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Kemenag, Jakarta Pusat, Rabu (15/11).

Dalam acara ini, akan ada 200 stand yang akan menampilkan berbagai lembaga Pendidikan Islam dari dalam dan luar negeri. Selain itu, ada juga acara Seminar Internasional Tahunan tentang Studi Islam (Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS), Deklarasi Jakarta, Apresiasi Pendidikan Islam (API), Seminar Internasional tentang Studi Pesantren, dan Kompetisi Robotik Madrasah.

"Akan ada 20 pembicara dari negara lain dan juga pembicara dari dalam negeri. Dan ada sekitar 300 makalah yang akan dibahas dalam seminar ini," ucapnya.

Selain itu, menurut dia, pameran ini juga akan dimeriahkan dengan pentas seni pelajar dan mahasiswa dari berbagai lembaga pendidikan Islam terkemuka di Indonesia. Ia pun yakin pameran ini akan menarik perhatian dunia bahwa Indonesia memiliki tawaran menarik dalam studi Islam. Karena, menurut dia, Indonesia saat ini memiliki 600 Pendidikan Tinggi Islam, 75 ribu madrasah tingkat menengah, dan 28 ribu pesantren.

"Di level dunia, Indonesia banyak menjadi obyek studi keislaman inklusif karena di negara ini berbagai perbedaan dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Sangat berbeda dengan keislaman di Arab dan Afrika yang lebih labil," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement