Selasa 14 Nov 2017 00:38 WIB

Genre Baru Penghafal Quran Berikut 'Tikungan-tikungannya'

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Ustaz Yusuf Mansyur
Foto: Republika / Darmawan
Ustaz Yusuf Mansyur

REPUBLIKA.CO.ID, Pondok Pesantren Darul Quran mencetuskan genre baru menghafal Alquran berikut tikungan-tikungannya. Kenapa disebut tikungan, karena selain menghafal, para Hafidz dan hafizah pun akan mampu mengupas seluruh isi Alquran, menghafal nomor ayat, jumlah ayat, kosa kata, membalikkan hafalan, bahkan mampu menyebutkan hadits-hadits saheh yang berkaitan dengan ayat tersebut.

Hifdzul Quran itu bagian dari umul Quran. Kalau dulu kan menghafal Quran langsung (atas ke bawah), nah genre baru ini ada tata bahasa arabnya, ada qowaidnya, ada tadaburnya, ada fikihnya ada tafsirnya. Ini menarik karena melibatkan semua pengetahuan, ujar Yusuf Mansyur di kantor Republika, Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (13/11).

Menurut Yusuf, genre baru menghafal Alquran ini dianggap lebih mudah sebagai teknik menghafal. Bukan hanya itu, genre baru ini juga lebih mempertajam penghafal dalam menguasai dan menyelami ilmu Alquran. Karena para penghafal bukan saja mendapatkan hafalan, bacaan yang bagus namun juga mampu untuk membaca mundur, membaca acak, membaca ayat ganjil saja, membaca ayat genap saja, membaca ayat lima saja di setiap surat dalam Alquran.

Misalnya terang Yusuf, ketika berbicara tentang surat Annas tentu semua akan hafal ayat tersebut. Akan tetapi bagaimana jika diminta untuk membaca surat Annas dari bawah ke atas, membaca ayat ganjil surat Annas aja, atau ayat genapnya saja.

 

"Sekarang anak-anak SD Darul Quranan bisa menjelaskan tentang surat annas. Annas yang berdiri sendiri sebagai Annas, itu ada di ayat enam  minal jinnati wannas. Tidak ada mudhof dan mudhof ilehnya," ujar dia.

Bukan hanya itu, dengan genre baru ini anak-anak juga akan mampu menyebutkan posisi suatu ayat. Misalnya untuk surat Annas, hanya di empat ayat yang memiliki kata-kata Annas, yakni ayat satu berbunyi Robbinnas, ayat dua berbunyi malikinnas, ayat tiga berbunyi illahinnas dan ayat lima berbunyi Sudurinnas. "Penjelasan ini bukan saya tapi anak SD juga bisa mengeksplor surat Annas," ujarnya.

Setelah menguasai 30 juz Alquran terangnya, maka mereka akan mampu untuk mapping kosa kata Alquran. Mereka juga bisa menjelajahi kosa kata ini berada di surat ini, ayat ini, dan kosa kata di tiap-tiap ayat pun akan berbeda maknanya ketika bertemu dengan sesuatu.

Contohnya lihat ayat enam di surat alfatihah, bacaan  ihdinasshirootol mustakim  ini bicara tentang hidaya. Ada lagi di surat Al Baqoroh ayat dua bunyinya hudallil muttaqin, kemudian surat alfath ayat dua, shirotol mustakima. "Jadi Ketika dia sudah menyeluruh 30 juz, dia bisa mapping ini kosa kata sirot ada di mana saja, lalu bentuknya seperti apa saja, ruang lingkupnya di mana saja, pembahasannya apa saja," ujar Yusuf.

Untuk menguasai genre baru menghafal Alquran, menurut Yusuf, tidak ada rumus baku. Yang penting kata dia, seseorang tersebut baik anak kecil, muda dan dewasa mau mengeksplor Alquran bukan hanya menghafal saja.

"Mengeksplor Alquran, semakin banyak yang dia dapatkan semakin banyak yang dia tulis semakin kuat dia punya pengetahuan dan hafalan. Karena kesalahan kita kan (selama ini) tidak mengeksplor, kita menghafal saja,"ujarnya.

Menghafal Alquran dengan genre baru ini, lanjutnya, sama saja menghidupkan seluruh sel otak. Dibanding dengan menghafal Alquran gaya lama. Karena membaca Alquran hanya bagian kecil dari mempelajari alquran itu sendiri.

Orang-orang non Muslim saja, tambah Yusuf, ketika diperintahkan menyerang Islam melalui Alquran maka yang terjadi justru mereka masuk Islam. Ini, menurut Yusuf, bukti Alquran mampu lembutkan hati seseorang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement