Ahad 12 Nov 2017 15:16 WIB

Sahabat yang Mencium Harum Surga di Dunia

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud
Foto: Antara/Zarqoni
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud

REPUBLIKA.CO.ID, Kisah Anas bin Nadhar ra yang mencium keharuman surga ketika masih hidup di dunia. Ia mencium harum surga ketika perang Uhud sedang berlangsung. Jika keikhlasan sudah mulai ada pada diri seseorang, nikmat surga pun akan dirasakannya ketika masih hidup di dunia.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa Anas bin Nadhar ra adalah sahabat Nabi SAW yang tidak menyertai perang Badar. Ia sangat menyesal dan sering memarahi dirinya sendiri karena tidak dapat menyertai peperangan yang pertama dan besar dalam sejarah Islam. Maka, ia sangat berharap dapat menebusnya pada pertempuran selanjutnya. Dan ternyata, kesempatan itu datang pada perang Uhud.

Ia turut serta sebagai pejuang yang gagah berani. Pada mulanya, kaum muslimin telah mendapat kemenangan dalam perang tersebut. Namun karena suatu kekhilafan, kaum Muslimin menderita kekalahan pada akhir perang. Kekhilafahan itu adalah beberapa sahabat yang ditugaskan untuk berjaga di suatu tempat berdasarkan sabda Nabi SAW, “Kalian jangan meninggalkan tempat ini dalam keadaan bagaiman pun, karena musuh dapat menyerang dari sana.”

Pada permulaan perang, kaum Muslimin telah memperoleh kemenangan, dan kaum kafir melarikan diri. Melihat hal ini, orang-orang yang telah ditunjuk oleh Nabi SAW segera meninggalkan tempat mereka. Sebab mereka menyangka bahwa kaum Muslimin telah menang dan perang telah usai, sehingga orang-orang kafir yang melarikan diri segera dikejar dan diambil harta rampasan perangnya.

Sebenarnya, pimpinan pasukan telah melarang dan mengingatkan mereka agar tidak meninggalkan bukit. Ia berkata, “Jangan tinggalkan tempat ini, Rasulullah telah melarangnya.” Tetapi mereka menduga bahwa perintah Nabi SAW itu hanya berlaku saat perang. Mereka pun turun ke medan perang meninggalkan bukit.

Pada saat itulah pasukan kafir yang melarikan diri melihat bahwa tempat yang seharusnya dijaga oleh kaum muslimin telah kosong. Maka mereka segera kembali dan menyerang kaum muslimin dari arah sana. Hal ini sama sekali tidak diduga oleh kaum Muslimin, sehingga mereka kalah dan terjepit dalam kepungan kaum kafir dari dua arah. Keadaan menjadi kacau balau, mereka berhamburan ke sana kemari.

Saat itu ditempat lain Anas ra melihat sahabat Sa’ad bin Mu’adz ra sedang berjalan. Maka Anas ra berkata, “Hai Sa’ad, akan ke manakah engkau? Demi Allah, aku mencium harum surga datang dari arah Uhud.”

Setelah berkata demikian ia segera menuju medan peperangan. Ia mengacungkan pedang di tangannya dan menyerbu ke tengah kaum kafir, sambil bertekad tidak akan berhenti berperang sebelum syahid. Dan ia pun syahid di medan Uhud.

Tubuhnya begitu rusak ketika diperiksa. Kurang lebih terdapat delapan puluh luka akibat tebasan pedang dan panah di tubuhnya. Hanya saudara perempuannya yang dapat mengenalinya melalui ujung jemari tangannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement