Ahad 12 Nov 2017 12:17 WIB

Napak Tilas Peninggalan Maulana Syekh Lewat Wisata Religi

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Bayu Hermawan
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Foto: Nahdatul Wathan Jakarta
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Nama Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Maulana Syekh begitu harum di tanah Nusa Tenggara Barat (NTB). Baru-baru ini, kakek dari Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi itu dinobatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pahlawan nasional. Maulana Syekh menjadi pahlawan nasional pertama dari Provinsi NTB.

Anggota Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Taufan Rahmadi mengatakan gelar pahlawan nasional juga menjadi peluang bagi NTB dalam menciptakan objek wisata religi baru.

Menurut Taufan, pemberitaan akan Maulana Syekh yang begitu masif tentu membuat penasaran wisatawan, baik dari dalam dan luar negeri, untuk mengenal lebih jauh akan sosok Maulana Syekh, seperti keberadaan makamnya, kisah perjuangan hidupnya, dan peninggalannya yang masih ada hingga kini.

"Tentu bisa menjadi salah satu hal yang ditawarkan ke wisatawan untuk napak tilas jejak Maulana Syekh," ujar Taufan kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Sabtu (11/11).

 

Taufan mencontohkan destinasi wisata religi ke makam Wali Songo di Pulau Jawa yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Keberadaan wisata religi ke makam Maulana Syekh yang berada di Kompleks Mushala Al Abror, Pondok Pesantren Darunahdhlatain Nahdlatul Wathan (NW) di Pancor, Lombok Timur, NTB, juga semakin memperkuat branding wisata religi dan juga wisata halal NTB.

Sebelum melangkah lebih jauh, Taufan menyampaikan sejumlah hal yang harus dipersiapkan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pariwisata NTB dan Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota yang ada di NTB, pemandu wisata, dan juga masyarakat NTB.

"Harus memiliki keseragaman cerita sejarah, jangan sampai ketika ada wisatawan, ceritanya berbeda-beda. Harus sama versinya agar tidak timbul salah tafsir," ucap Taufan.

Untuk ini, Taufan menilai Pemda bisa membuat satu buku panduan yang sama tentang perjalanan sejarah Maulana Syekh dan diedarkan kepada instansi, pelaku wisata, dan juga masyarakat.

Kemudian, dari sisi amenitas juga perlu diperkuat dan dipikirkan sejak saat ini. Amenitas berupa homestay atau hotel, tempat untuk UMKM, dan pelayanannya. Menurut Taufan, jika hal ini dilakukan tentu akan menimbulkan efek ekonomi yang potensial bagi warga sekitar. Misalnya, dari sisi penginapan, penjualan kerajinan tangan, hingga kuliner khas Lombok yang bisa dimanfaatkan wisatawan kalau berkunjung ke Makam Maulana Syekh.

Pun dengan aksesibilitas. Taufan menjelaskan, fasilitas infrastruktur juga menjadi prioritas demi kenyamanan wisatawan saat mengunjungi makan Maulana Syekh.

"Sosok Maulana Syekh menjadi ikon pahlawan nasional juga semakin perkuat branding destinasi wisata halal. Kalau ada julukan Bumi Seribu Masjid, kini NTB juga punya banyak ulama besar, dengan Maulana Syekh sebagai ikonnya," kata Taufan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement