Jumat 10 Nov 2017 21:31 WIB

Indah Wahyuni, Pahlawan Alquran dari Gunung Lawu

Indah Wulandari bersama murid-muridnya.
Foto: Dok PPPA
Indah Wulandari bersama murid-muridnya.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Tak seperti pemudi seusianya, Indah Wahyuni (20) memilih jalan senyap mendidik anak-anak kampung di Gunung Brojo, tepat di kaki Gunung Lawu, Wonogiri, Jawa Tengah. Bukan tak bisa memilih, kesempatan Indah hidup di kota amat terbuka. Terlebih, ia adalah mahasiswa di salah satu universitas kenamaan di Ponorogo.

Perawakan mungil, lincah dan sorot matanya tajam. Indah merasa bertanggung jawab mendidik anak-anak belajar Alquran. Memang, semenjak Sekolah Dasar (SD), Indah sudah mengajar ngaji adik-adik kelas yang tinggal di sekitar rumahnya. Indah sangat senang bisa meneruskan perjuangan Nyainya mengajarkan anak-anak untuk bisa membaca Alquran.

Saat ini Indah menempuh kuliah di IAIN Ponorogo jurusan Pendidikan Agama Islam semester 3. Sore hari setelah kuliah, Indah langsung bergegas kembali ke Gunung Brojo untuk mengajar mengaji. Ia sadar, dakwah memang butuh pengorbanan. Rasa lelah pulang balik Wonogiri-Ponorogo, seakan hilang saat bertemu 40 orang santrinya.

Aktivitas Indah sebagai mahasiswa pun terbilang padat. Kadang kala, Indah merasa kasihan kepada para santrinya saat tak bisa mengajar karena ada kuliah sore dan pulang kemalaman. Meskipun begitu, ia selalu berusaha untuk pulang balik Wonogiri-Ponorogo daripada tinggal di kos dekat kampus seperti teman-teman lainnya.

 

Alhamdulillah, peran dakwah Indah mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Dengan demikian, ia merasa tak berjuang sendirian. Kesadaran belajar ilmu agama di pelosok kaki Gunung Lawu tumbuh perlahan. Meskipun terbatas, Indah pun terlibat dalam majelis taklim ibu-ibu, tahlilan,  juga belajar qasidahan.

"Ya siapa lagi kalau bukan kita yang ngajar? Biar anak-anak pinter ngaji, karena merekalah generasi penerus kampung ini," ujar Indah dalam rilis PPPA Daqu yang diterima Republika.co.id, Jumat (10/11).

Potret masyarakat di pelosok desa yang dahaga akan ilmu agama, namun tidak ada yang membina. Keterbatasan para ustaz yang mengajar inilah membuat Indah ambil peran. Ia adalah pahlawan kekinian. Tak gembor sana sini, ia sisihkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membina anak-anak desa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement