Kamis 02 Nov 2017 15:05 WIB

'Stop Eksploitasi Kiai untuk Pilgub'

Rep: s bowo pribadi/ Red: Esthi Maharani
Pilkada (ilustrasi)
Foto: berita8.com
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Tahapan pelaksanaan pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Tengah 2018 sudah bergulir. Eskalasi politik untuk memperebutkan kursi gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah sudah mulai menunjukkan peningkatan. Menyikapi hal ini, kalangan muda Nahdlatul Ulama (NU) mengingatkan para peserta pilgub Jawa Tengah untuk tidak mengeksploitasi sosok para kiai demi untuk memuluskan hasrat politiknya.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat IKA GP Ansor, Samsul Ridwan mengatakan, kiai dan santrinya jamak menjadi objek politik menjelang perhelatan demokrasi seperti pilgub atau pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Sosok Kiai kerap dijadikan alat legitimasi elit politik tertentu, bahkan tidak jarang para santri sengaja dimobiisasi untuk melegitimasi hal ini.

"Kadang, cuma foto bareng kiai dieksploitasi, seolah-olah Kiai mendukung si A atau si B. Stop Eksploitasi Kiai untuk Pilgub," tegasnya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (2/11).

Samsul juga mengimbau para peserta pemilu tidak mengeksploitasi keikhlasan serta keterbuakan kiai untuk kepentingan politiknya. Sebaliknya, kalangan internal pesanten sendiri juga harus bersih dari oknum- oknum makelar politik.

"Makelar politik ini jamak mendekatkan figur kiai dengan para elit politik untuk kepentingan-kepentingan yang sesaat. Sebab, diakui atau tidak, makelar tersebut terkadang juga ada di internal pesantren sendiri," tegasnya.

Oleh karena itu, ia juga mengapresiasi jajaran Bawaslu Jawa Tengah yang telah menggandeng pesantren sebagai bagian dari pengawasan partisipatif. Khususnya dalam menghadapi pilgub Jawa Tengah, pilkada serentak maupun tahun politik nanti.

Ketua Panwaslu Kabupaten Semarang, Agus Riyanto mengatakan, komunitas pelajar serta pesanten harus mulai cerdas terhadap politik. Maka penting bagi penyelenggara pemilu untuk mendorong keterlibatan aktif pelajar dan pesantren dalam pendidikan politik.

"Pelajar merupakan kalangan generasi muda yang belum terkooptasi kepentingan politik. Demikian pula, kalangan pesantren memilikimodal utama sifat kerelawanan serta keikhlasan. Pesantren juga menjadi tempat penguatan nilai- nilai agama dan pendidikan akhlak. Semua ini dilakukan demi perbaikan penyelenggaraan pemilu agar menjadi lebih baik ke depan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement