Selasa 31 Oct 2017 21:00 WIB
Belajar Kitab

Ketika Rasulullah Menangis

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suatu ketika Rasulullah terdiam karena menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Wajahnya tiba-tiba berderai air mata. Para sahabat bertanya, ada apa gerangan? Rasulullah belum menjawab.

Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah. Sahabat itu memberitahukan keadaan Rasulullah yang sedih. Istri Ali bin Abi Thalib itu langsung menyambangi ayahnya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Nabi Muhammad menjelaskan dia baru saja menerima wahyu tentang neraka, Sesungguhnya neraka jahannam adalah tempat akhir yang dijanjikan untuk mereka semua.

Bagi Rasulullah, surah al-Hijr ayat 43 begitu menyeramkan. Sebab ketika menerima wahyu itu, Nabi tak kua sa membayangkan manusia tersiksa di dalam neraka untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosanya.

Seperti apakah pintu-pintu neraka itu? tanya Fatimah. Rasulullah ke mudian menjawab, yang paling ringan setara dengan 70 ribu gunung dari api. Pada setiap gunung terdapat 70 ribu lembah api. Setiap lembah itu memiliki 70 juta sumber api yang masing-masing berisi sejuta kota.

Setiap kota itu mempunyai 70 juta istana api yang di dalamnya terdapat sejuta rumah api. Setiap rumah dipenuhi 70 juta ruangan api yang berisi 70 juta pe ti api. Ada juga beragam siksaan di sana.

Mendengar penjelasan itu, Fatimah tak kuasa menahan tangis. Dia mengatakan, betapa malangnya orang yang masuk neraka. Para sahabat sempat berpikir, seandainya mereka tidak menjadi manusia, pasti tak akan menyentuh neraka. Abu Bakar misalkan, sempat berangan-angan menjadi burung yang terbang kemana pun. Burung dapat hinggap di satu pohon untuk beristirahat atau makan dan minum. Kemudian terbang lagi menuju kejauhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement