Jumat 27 Oct 2017 19:30 WIB

Takut adalah Sayap Orang Beriman

Keimanan/Ilustrasi
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Keimanan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Allah sudah menegaskan tak boleh ada ketakutan jika ia tak disandarkan pada Allah SWT semata. Jika orang dengan segala kekuasaannya menyuruh seseorang berbuat maksiat, ketakutannya yang lebih tinggi kepada Allah akan menahannya.

Ia tak akan sudi menuruti manusia sementara harus mengingkari Allah. Pemahaman dan keyakinan yang benar atas rasa takut akan membuat manusia kuat. Meski secara lahir ia tak memiliki kekuatan dibanding manusia lainnya.

Takut sejatinya adalah manifestasi sifat para nabi. Para nabi memupuk rasa takut kepada Allah sebagai salah satu sumber kekuatan. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS al-Anbiya: 90)

Takut juga menjadi alarm seseorang kala hendak berbuat aniaya. Manusia memang cenderung berbuat kerusakan. Namun dengan rasa takut, keinginan untuk melawan perintah Allah SWT tersebut bisa ditahan. Takut membuat seseorang yang hendak berbuat maksiat berpikir ulang. Apakah ia akan meneruskan perbuatan hawa nafsunya ataukah hendak menuruti kata nuraninya?

Takut berbuat maksiat ternyata memiliki fadilah yang amat besar. Di Hari Akhir kelak, saat manusia sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, rasa takut kepada Allah akan datang sebagai penolong. Allah SWT akan memberikan naungan kepada tujuh golongan saat Hari Kiamat kelak. Saat itu tak ada satu pun naungan selain naungan yang diberikan Allah SWT. Salah satu dari tujuh golongan itu adalah seorang pemuda yang diajak berzina seorang wanita kemudian ia menolaknya seraya berkata, "Aku takut kepada Allah SWT."

Lihatlah takut bukan soal cengeng dan kelemahan. Takut menjelma menjadi kekuatan dan keutamaan. Tak disebut orang beriman hingga ia menyatakan ketakutannya hanya kepada Allah SWT. Ia meyakini benar jika Allah SWT penggenggam segalanya. Ia tak lagi takut mati bersebab ia paham ajal sudah digariskan kapan dan tempatnya oleh Allah SWT.

Takut harus dipelihara. Tentu saja takut yang benar. Takut yang membuat seseorang berhati-hati melangkah. Ia takut amalnya tak diterima hingga ia memperbanyak dan melatih ikhlas. Ia takut azab Allah yang amat pedih hingga ia melarutkan diri dalam istighfar. Ia takut tak berkumpul dengan Rasulullah di surga kelak maka ia melantunkan shalawat secara istiqamah. Takut adalah salah satu sayap orang beriman.

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement