Kamis 26 Oct 2017 00:37 WIB

Saat Mendikbud Pimpin Tahlil di Makam Hasyim Muzadi

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis menyaksikan Mendikbud Prof Muhadjir Effendy memimpin tahlil di pemakaman KH. Ahmad Hasyim Muzadi, Pesantren Al-Hikam, Depok, Rabu (25/10).
Foto: dok. Pribadi KH Cholil Nafis
Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis menyaksikan Mendikbud Prof Muhadjir Effendy memimpin tahlil di pemakaman KH. Ahmad Hasyim Muzadi, Pesantren Al-Hikam, Depok, Rabu (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis kebagian untuk mengisi Seminar Ulama Pesantren dan Cendekiawan Bela Negara dengan tema "Ahlussunnah wa-Jama'ah dan Bela Negara" di Pesantren Al-Hikam, Depok, Rabu (27/10). Setelah membawakan tema itu, Kiai Choli lanjut mendengarkan paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof Muhadjir Effendy.

Dalam acara tersebut, Mendikbud memaparkan dan berdialog dengan peserta tentang pendidikan dan bahkan menyinggung soal sistem full day school yang sempat ramai diperbincangkan. Namun, menurut Kiai Cholil, dalam acara tersebut ada hal yang lebih menarik yaitu setelah acara selesai Mendikbud tiba-tiba berjalan sendiri menuju maqbarah Almarhum KH. Ahmad Hasyim Muzadi. Kiai Cholil pun mengikuti Mendikbud berjalan sampai di maqbarah (pekuburan).

Selanjutnya, kata Kiai Cholil, Mendikbud membaca Surah Al Fatihah dengan suara agak keras, sehingga Kiai Cholil pun mengikutinya. "Lebih lanjut saya pun mengikuti bacaan Pak Muhajir. Pak menteri lanjut tahlilan, saya sengaja mengikuti lebih keras agar jamaaah di belakang mengikuti bacaannya. Saya pun mengikuti alur tahlil yang biasa dibaca warga nahdliyin yang dipimpin oleh Pak Muhadjir. Ternyata beliau hafal dan lancar membaca tahlil," tuturnya kepada Republika.co.id, Rabu (25/10).

Seusai memipin tahlil, Mendikbud kemudian meminta Kiai Cholil untuk memimpin doa. Kiai Cholil lantas berdoa, sedangkan Mendikbud dan para jamaah mengamininya. Meskipun, Mebdikbud merupakan tokoh Muhammadiyah, Kiai Cholil tak merasa heran jika Mendikbud lancar membaca tahlil.

"Runut-runut silsilah nasab Pak Muhadjir itu keluarga santri dan anaknya pun sekolah di sekolah Sabilillah yang didirikan oleh tokoh NU asal Malang, KH Tholhah Hasan," kata Kiai Cholik.

Dengan cerita ini, Kiai Cholil ingin menegaskan bahwa antara NU dan Muhammadiyah itu banyak persamaannya, meskipun ada perbedaannya. "Untuk membangun persatuan antar internal umat beragama, mari kita berprinsip, yang sama jangan dibeda-bedakan dan yang beda mari kita cari persamaannya demi persatuan umat," jelas Ketua Pembina Yayasan Investa Cendekia Amanah ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement