Senin 23 Oct 2017 17:23 WIB

Makna dan Asal-Usul Tasawuf

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Tasawuf (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Tasawuf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  intelektual Muslim Syed Naquib al-Attas dalam bukunya Some Aspects of Sufism as Understood and Practised among the Malays.

Buku yang terbit pada 1963 menjadi pengantar yang mudah bagi siapa pun yang mendalami tasawuf. Gagasan di dalamnya merupakan hasil pengembaraan ke ilmuan al-Attas belajar dari ulama dahulu dan juga orientalis di Barat, seperti Arthur John Arberry.

Asal katanya shufyang berarti kain wol. Itu menggambarkan warna putih lambang suci dan bersih. Makna dasarnya adalah kesucian, kejernihan, dan ketulusan. Praktik tasawuf mewujudkan itu semua dalam pemikiran dan sikap, sehingga tidak ada penghalang antara hamba dengan Pencipta. Hijab antara keduanya menjadi sirna, sehingga hamba dapat bermunajat memohon ampunan dan mengekspresikan rindu Ilahi.

Allah pun akan mengawasi dan melindungi hamba-Nya. Perasaan diawasi Allah membuat seseorang akan menjaga sikap. Kata akan dipilih yang baik dan tepat dengan maksud mengekspresikan kebaikan. Rasa diawasi akan membuat orang enggan berbuat jahat. Hak orang lain tidak akan diambilnya, karena itu akan menjadi sesuatu yang haram. Sedangkan mengonsumsi barang haram akan menjadi penghalang seseorang dengan Sang Pencipta (al-Ghazali).

Rasa selalu diawasi tersebut membuat hamba menyadari harus menjaga ciptaan Ilahi. Alam tidak boleh dicemari agar ekosistem terjaga, sehingga keanekaragaman hayati tidak rusak. Laut tidak menjadi tempat pembuangan sampah sehingga ikan dan berbagai makhluk hidup di perairan tetap menjadi sumber pangan yang lestari.

Pemahaman seperti itu dapat dipraktikkan masyarakat dengan berbagai latar belakang profesi. Pengangguran, buruh, pegawai, dokter, pengusaha, bahkan kepala negara, bisa menjalankan tradisi ini. Fungsinya bukan semata menguatkan keimanan, tapi juga meningkatkan kesalihan agama dan bersikap menjalani kehidupan duniawi.

Al-Attas menjelaskan sufisme adalah ajaran yang membuat Islam menyebar luas di Melayu dan Nusantara. Kedatangan Islam ke Indonesia melalui para saudagar tentu merefleksikan tasawuf sehingga Islam mudah diterima masyarakat.

Risalah Ilahi itu berbentuk praktik ibadah dalam berbagai tarekat. Kegiatan mereka berzikir dan bermunajat kepada Allah. Dari tarekat, pra praktisi tasawuf memahami hirarkhi guru (mursyid) dan bagaimana menghormatinya. Sikap seperti itu juga mencontohkan kepemimpinan yang bernuansa spiritual berdasarkan keilmuan dan juga olah rasa (riyadhah bathiniyah).

Simbol-simbol bahasa Arab yang menjadi referensi utama tasawuf juga dimanfaatkan untuk penomoran. Banyak istilah Arab yang kemudian diserap bahasa Melayu. Syair-syair tasawuf selalu indah dibaca dan dipahami, membuat siapa pun menyadari bagaimana harus menyikapi kehidupan.

Al-Attas mengatakan tasawuf sudah ada sejak kelahiran Islam. Tradisi ini dijalankan oleh Rasulullah dan para sahabat yang berjuang menegakkan keagungan Islam. Pengkaji Hamzah Fanshuri, Nuruddin Raniri, dan ulama lainnya tersebut, mencontohkan Salman al-Farisi. Sahabat itu pada mulanya berpindah-pindah keyakinan, mulai penyembah berhala, Zoroaster, dan Kristen. Kemudian memeluk Islam sebagai agama yang diyakininya paling benar. Dia diyakini sebagai pendiri tasawuf, karena namanya selalu disebutkan di berbagai silsilah keilmuan tarekat sufiyah.

Kesimpulan itu membantah teori asal tasawuf yang disebut sejumlah orientalis berasal dari luar ajaran Islam. Sebut saja Reynald Nicholson yang berpendapat, sufisme berhutang pada Helenisme dan Kris ten meskipun mengambil ayat Alquran dan hadis sebagai sumber. Lainnya, Reinhart Pieter Anne Dozy mengatakan, tasawuf dipengaruhi oleh Budhisme. Ignaz Goldziher dan Von Kremer menyebut vedantisme adalah sumber ajaran tasawuf (al-Attas: 1963).

Al-Attas lebih menyukai teori orientalis Louis Massignon yang dikenal sebagai pengkaji tasawuf dan falsafah Islam. Massignon mengatakan, tasawuf berasal dari Islam. Ajarannya banyak terinspirasi dari Alquran dan apa yang dijalani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement