Ahad 22 Oct 2017 07:00 WIB

Muliakan Anak Yatim dengan Ilmu

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Peduli Anak Yatim
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Peduli Anak Yatim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Yayasan Pondok Pesantren Tahfiz Nurul Qur'an Palembang baru berdiri satu tahun dua bulan. Pondok pesantren yang berlokasi di Jl Sriwijaya Raya RT 012 RW 05 Kel Karya Jaya Kec Kertapati Palembang, murni dibangun dari swadaya umat Islam. Bermula dari sebidang tanah kecil hingga sekarang luasnya telah mencapai 1,4 hektare. 

Saat ini ada 43 santri yang bermukim di sana, semuanya belajar tanpa dipungut biaya. Pengasuh Ponpes Tahfiz Nurul Qur'an Ustaz Chairurrijal me ngatakan, anak-anak yatim dan dhuafa sering dijadikan objek menjalankan kegiatan tahunan.

Biasanya setiap 10 Muharram umat Islam berlombalomba me nyantuni anakanak yatim. "Namun, setelah itu kembali mereka menjadi anakanak yang terpinggirkan. Kembali kaum Muslimin tidak peduli dengan kondisi mereka, bagaimana selanjutnya pendidikan mereka, kehidupan me reka, dan masa depan mereka," ujar Ustaz Chairurrijal.

Di sinilah, dia berupaya untuk mengangkat martabat anak-anak yatim, khususnya yang berada di wilayah Palembang. Ia bertekad mendidik anak yatim dan dhuafa menjadi penghafal Alquran. "Sementara ini, kita baru membina santri menjadi penghapal Alqur an dan memahami ilmuilmu ke agamaan.

Alhamdulillah, kita gratiskan mereka 100 persen, tan pa biaya sedikit pun, santri hanya bawa pakaian dari rumah dan se mangat yang kuat untuk belajar di pesantren ini," kata alumni tah fizul Qur'an Ponpes Rou dho tuk Qur'an Jombang, Jawa Timur, ini.

Sedangkan untuk kebutuhan mereka, Ustaz Chairurrijal menerangkan, konsepnya dengan mem buat program orang tua asuh. "Ki ta merekrut para dona turun tuk menjadi orang tua asuh. Mere ka menitipkan donasinya setiap bu lannya secara rutin ke pada anakanak melalui yayasan ini," ka ta dia.

Konsep yang dijalani alumni Institut Keislaman Hasyim Asy'ari jurusan Pendidikan Baha sa Arab, dalam membangun pe san tren ini mencoba meneladani dan memahami apa yang Rasulullah ajarkan, yakni Ibda binafsi, yakni segala kebaikan itu dimulai dari diri sendiri.

"Dari situ saya ingin membangun yayasan yang intinya peduli dengan anakanak yatim, tapi di situ kita ingin melibatkan kaum Muslimin untuk aktif de ngan memancing ghirah mereka untuk bersedekah, berinfak, dan berwakaf," ungkapnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement