Jumat 29 Sep 2017 18:15 WIB
Belajar Kitab

Agar Terhindar dari Fitnah Lisan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di tengah kondisi sosial masyarakat yang terpuruk, keberadaan ulama bak pelita yang memendarkan cahaya. Mereka hadir menawarkan solusi dan obat bagi 'penyakit' yang mengendap. Hal ini pula yang dilakukan oleh para salaf, salah satunya Ibnu Abi ad-Dunya.

Tokoh bernama lengkap Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ubaid Ibnu Abi ad-Dunya ini dikenal sebagai guru sekaligus pendidik yang mempertahankan etika-etika mulia. Sosok kelahiran Baghdad pada 210 H itu hidup pada masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang cukup heterogen, utamanya dalam hal ideologi pemikiran.

 

Kala itu, sekte-sekte keagamaan muncul dan berkembang dengan subur. Dinamika pemikiran berkembang pesat. Bahkan, nyaris kebablasan. Ada sekte Muktazilah, Qaramithah, Ismai'iliyyah, dan aliran-aliran keagamaan lainnya. Dimensi ketuhanan yang kerap disentuh, antara lain, soal eksistensi agama, Tuhan, dan konsep kenabian.

Pro dan kontra antarkelompok pun bermunculan. Di titik tertentu bahkan sampai pada kesimpulan saling mengafirkan. Kondisi ini, dinilai Ibnu Abi ad-Dunya, sangat memprihatinkan. Menurut penulis karya monumental berjudul Makarim al-Akhlak ini diperlukan solusi agar komunitas awam tak terjebak dalam diskursus dan polemik tersebut. Maka, sosok yang dikenal produktif menulis ini mengarang sebuah kitab berisikan etika-etika Islami.

Ia berharap, melalui karyanya itu tercipta kondisi dan tabiat umat yang saleh serta berpegang teguh pada prinsip-prinsip keislaman yang lurus. Dengan demikian, mereka tidak mudah terjebak dengan perselisihan pendapat yang tak berujung. Kitab yang terdiri atas 25 bab itu ia beri judul as-Shumtu wa Adab al-Lisan. Referensinya merujuk pada Alquran dan hadis serta kisah-kisah yang dinukil dari para sahabat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement