Kamis 28 Sep 2017 19:00 WIB

Jawaban Rasulullah atas Kegundahan Abu Bakar

Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Aalangkah lebih baik jika kita punya alarm waspada seperti Hanzalah dan Abu Bakar. Ia tak melakukan maksiat. Justru mungkin sesuatu yang dianjurkan untuk berkumpul dengan keluarga. Namun ia takut. Jangan-jangan riang gembiranya ia bercengkerama dengan keluarga melalaikannya dari mengingat Allah.

Jangan pula keimanan kadang turun menjadi sebuah justifikasi jika seseorang sah-sah saja melakukan tindakan maksiat. Manusia memang tempat salah dan khilaf. Namun, bukan sebuah dosa yang terencana. Iman memang adakalanya turun. Memberi ruang bagi sifat kemanusiaan kita.

Namun, alangkah lebih baik jika kita terbiasa mendawamkan kebaikan sehingga amal kita terus menanjak. Membiasakan diri dalam kebaikan memang tak mudah. Butuh perjuangan ekstra. Namun, hal itu bukan sesuatu yang mustahil.

Jika saat berada di dalam masjid, kita seolah enggan sedetik pun tanpa amal, sejatinya begitu juga seharusnya dalam keseharian. Kuncinya ada pada lingkungan. Saat berada di lingkungan masjid, kita terbantu agar semangat amal terus menyala.

Maka bawalah lingkungan masjid itu dalam keseharian. Ciptakan kondisi lingkungan dari mulai rumah hingga aktivitas di luar, seperti masjid. Ada nuansa pengingat setiap kali kita ingin keluar jalur. Tanamkan kesadaran kepada anggota keluarga. Sehingga, mereka menjadi pengingat yang senantiasa hadir.

Meski tak ada salahnya pula kita sejenak memberi ruang pada keinginan, sebatas bukan hal yang makruh apalagi diharamkan. Karena meski kita ingin terus berada dalam kondisi yang serbaideal dalam keimanan, ada hak-hak jiwa yang harus ditunaikan.

Hal ini pula yang menjadi jawaban Rasulullah SAW atas kegundahan dua orang sahabatnya yang mulia itu. "Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Sesungguhnya jika kamu menepati keadaan seperti yang kamu biasanya berada di sisiku dan ketika dalam berzikir, niscaya kamu akan disamakan dengan malaikat di tempat-tempat duduk kamu dan di jalan-jalan kamu. Tetapi, wahai Hanzalah, sesaat begini (akhirat) dan sesaat begitu (dunia). Sesaat begini dan sesaat begitu. Sesaat begini dan sesaat begitu."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement