Ahad 22 Oct 2017 12:33 WIB

Ulama Aceh Minta Santri Jangan Diamkan Kebenaran

Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop Jeunieb).
Foto: Dok Tu Sop
Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop Jeunieb).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ulama muda Aceh, Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb mengajak para santri untuk terus menyampaikan kebenaran. Sebab, kata Tu Sop,  secara umum, kelemahan terbesar para pelaku kebenaran dewasa ini adalah kekalahan mereka dalam menguasai opini publik.

Tu Sop mengemukakan pesan tersebut terkait peringatan Hari Santri Nasional,  22 Oktober. “Hari ini di dunia global terjadi phobia Islam di berbagai negara. Ini terjadi karena lemahnya arus dakwah yang dilakukan oleh umat Islam. Jauh lebih lemah dari “dakwah” mereka yang phobia terhadap Islam. Di sinilah diperlukan  peran santri untuk terus menyuarakan kebenaran dalam setiap ruang sehingga kebenaran menjadi opini publik, “ ujar  pimpinan Dayah Babussalam Jeunieb Bireuen ini dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (22/10).

Tu Sop menjelaskan, saat Nabi Muhammad SAW  meminta umat untuk ‘sampaikan kebenaran walau hanya satu ayat’, maka lihatlah di masa itu bagaimana para sahabat setelah mendengar satu nasihat dari Rasulullah SAW, semuanya bergerak menyampaikan.  Maka kemudian kebenaran menjadi opini publik karena sebuah kebenaran dari Rasulullah SAW disampaikan secara massif oleh semua sahabat.

“Maka begitu juga hari ini, kalau para santri terus menyuarakan kebenaran, maka kebenaran juga akan menjadi publik. Begitu sebaliknya, kebenaran akan dianggap kebatilan jika para santri mendiamkannya,“ ujar Tu Sop.

Tu Sop menambahkan, setiap aliran atau pemikiran yang tersampaikan secara merata akan menenggelamkan aliran yang lebih lemah jangkauannya. Jika pemikiran yang tersebar meluas itu adalah batil, maka akan terjadi pembenaran publik karena kemampuannya memperdengarkan dan menyampaikan ke kalangan yang lebih luas dan merata.

Tu Sop juga menerangkan, kebenaran yang tidak tersampaikan secara merata akan tenggelam dan hancur oleh kebatilan yang tersampaikan secara meluas dalam semua lapisan dan kawasan.

“Nilai-nilai kebenaran yang ada pada santri yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah SAW dan sahabat, dia akan terdegradasi oleh aliran-aliran atau pemikiran yang menyimpang di mana dalam penyampaiannya lebih cepat dan lebih luas jangkauannya dan lebih sistematis. Akibatnya, kebenaran yang diwariskan dalam dunia santri akan menjadi tenggelam bukan karena dia tidak benar dan tidak baik sehingga dituduh ekslusif, tetapi oleh sebab lemah di dalam strategi dakwah dan pembentukan opini publik,“ kata Tu Sop.

Intinya, kata Tu Sop, kalau pelaku kebenaran diam, maka yang terjadi adalah kebenaran itu akan dikesankan sebagai kebatilan.

Tu Sop juga menerangkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan secara seimbang dalam mempertahankan nilai-nilai Ahlusunnah wal  Jama’ah. Pertama, kajian tentang bagaimana mempertahankan kebenaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, jangan dimasuki oleh bid’ah dan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alquran dan Sunnah. Kedua, bagaimana strategi Rasulullah SAW dan para sahabat dalam mendakwahkan kebenaran tersebut.

Namun demikian, kata Tu Sop, penyampaikan kebenaran oleh para santri juga harus memenuhi aspek hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujadalah dengan cara yang ahsan (terbaik), proporsional (sesuai dengan kebutuhan publik) dan profesional. “Artinya, sampaikan argumentasi Islam dengan cara-cara yang terbaik sehingga kebenaran bisa diterima dan menjadi opini publik,“ pungkas Tu Sop.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement