Sabtu 14 Oct 2017 22:00 WIB

Pembuka Kebenaran Menuju Jalan Allah

Rep: c39/ Red: Agung Sasongko
Kata 'Allah' (Ilustrasi)
Kata 'Allah' (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat berbagai metode dalam dakwah Islam sehingga umat Islam dapat tumbuh pesat seperti saat ini. Salah satu metode dakwah yang digunakan oleh umat Islam adalah metode mujadalah. Metode ini kerap kali digunakan oleh ulama-ulama terdahulu untuk mendapatkan sebuah kebenaran menuju Allah SWT.

Mujadalah berakar dari kata "jaadala" yang artinya berbantah-bantah, berdebat, bermusuh-musuhan, dan bertengkar. Secara istilah, kata "mujadalah" berarti berdiskusi dengan mempergunakan logika yang rasional dengan argumentasi yang berbeda. Namun, jika mengacu pada akar kata tersebut, mujadalah dapat berdampak positif dan negatif.

Mujadalah yang berdampak negatif dapat disandarkan dengan arti bermusuh-musuhan dan bertengkar. Sementara, mujadalah positif dapat diartikan dengan berdiskusi atau perundingan yang ditempuh melalui perdebatan dan pertandingan serta kemampuan mempertahankan pendapat dengan baik.

Mujadalah juga berarti upaya bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan adanya perseteruan di antara keduanya. Namun, salah satu ulama dalam filsafat Islam, Ibnu Sina, berpendapat bahwa makna kata "jaadala" adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan bicara.

Menurut ulama al-Jurjani, kata "jaadala" dapat berarti mengokohkan pendapatnya masing-masing dan berusaha menjatuhkan lawan bicara dari pendirian yang dipeganginya. Banyak ulama lainnya yang memaknai kata "jaadala" dengan makna yang hampir sama, yang berbeda hanyalah persoalan redaksi.

Dalam Alquran sendiri, Allah telah menjelaskan mujadalah dengan cara yang lebih baik atau positif. Seperti kata "jaadala" dalam surah an-Nahl ayat 125, mujadalah dapat diartikan berbantah-bantahan atau berdiskusi. Namun, jika dimaknai dengan bermusuh-musuhan ataupun bertengkar, tampaknya tidak sesuai dengan maksud ayat tersebut secara keseluruhan.

Berikut firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 125, "Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang sesat di jalan-Nya, dan Dialah yang lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl [16]: 125).

Dalam memahami ayat tersebut tampaknya sesuai dengan penjelasan yang disampaikan Muhammad Khair Ramadhan Yusuf. Ia menjelaskan bahwa mujadalah al-lati hiya ahsan atau mujadalah positif adalah ungkapan dari suatu perdebatan antara dua sudut pandang yang bertentangan untuk menyampaikan kepada kebenaran. Dan, kebenaran tersebut bertujuan untuk membawa kepada jalan Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement