Selasa 14 Aug 2012 21:01 WIB

Masjid Agung Djenne, Masjid Lumpur Kebanggaan Muslim Mali (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
 Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.
Foto: sacredsites.com
Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian orang sudah mengenal dengan baik negara Mali. Yaitu, negara yang terletak di kawasan Afrika bagian Barat. Di negara ini, umat Islam tumbuh subur.

Umat Islam di negara ini cukup lumayan, kendati tak sebesar negara lainnya. Kendati demikian, komunitas Muslim di negara ini memiliki keunikan. Dan karena keunikan itulah, banyak orang menjadi kenal dengan negara ini.

Djenne, itu nama sebuah kota kecil di pusat Mali, Afrika Barat. Kota Djenne merupakan kota tertua di negara sub-Sahara Afrika tersebut. Terletak di kawasan lahan banjir yang dilintasi dua sungai, yakni Niger dan Bani.

Bagi yang belum pernah bertandang ke kota berjarak 354 kilometer di barat daya Timbuktu ini, memang tak mengira, kalau di kota ini jumlah Muslim cukup banyak. Dan karena komunitas Muslim itulah, mereka pun mendirikan masjid sebagai tempat ibadah.

Di sinilah letak keunikannya. Bila tempat ibadah umat Islam yakni masjid, identik dengan bahan bangunan yang mewah, lalu ada kubah, menara, dan berbagai bahan-bahan mahal lainnya, jangan pernah berharap bisa menemukan itu semua di masjid milik warga Djenne ini.

Mengapa? Karena masjid ini dibangun dengan bahan dasar lumpur, yang diambil dari dua buah sungai yang melintasi Kota Djenne.

Secara kasat mata, orang tentu tidak akan membayangkan bahwa bangunan persegi empat layaknya ‘penjara’ itu sebuah tempat ibadah. Karena memang tidak ada yang secara spesifik dari bangunan itu.

Bahkan, tampak beberapa potong kayu yang menjulur ke luar bangunan, layaknya permukiman orang-orang Eskimo. Karena itulah, bangunan tak lazim yang dinamakan dengan Masjid Agung Djenne itu sebagai tempat ibadah.

Mengapa tak lazim? Bentuknya tak seperti masjid-masjid lain yang cenderung mengacu ke bentuk masjid atau bangunan di Timur Tengah yang dibangun pada masa keemasan Islam.

Masjid Agung Djenne justru terkesan polos dan minim ornamen. Namun, justru karya ini menunjukkan jika sang arsitek paham benar bagaimana menghadirkan masjid dengan identitas lokal, rendah hati, tapi tidak mengurangi aura sakral dan monumental dari sebuah masjid agung.

Karena keunikan inilah yang menjadikan bangunan Masjid Agung Djenne sebagai salah satu landmark yang terpenting dan terkenal dari Kota Djenne. Bahkan, karena ketaklaziman itu tadi, maka masjid ini diakui sebagai salah satu dari 10 masjid terunik di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement