REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah takhrij sering kita dengar dalam khazanah ilmu hadis. Takhrij secara bahasa bermakna menyatukan dua hal yang berbeda. Ia seakar dengan kharaja-yukharriju-takhrij. Kata takhrij juga bermakna istinbat (menggali, mengeluarkan), tadrib (pembiasaan, latihan), taujih (penjelasan), ibraz (mengeluarkan), dan izhar (melahirkan).
Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat dijadikan suatu dalil.
Takhrij hadis ini sangat diperlukan. Misal jika kita menemukan hadis yang berunyi, "Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang toleran." Matan (isi) hadis tersebut tidak menjelaskan siapa sumbernya dan kemungkinan hadis itu potongan dari sebuah hadis yang panjang. Maka untuk menelusuri darimana potongan kalimat hadis itu berasal, dibutuhkan ilmu takhrij hadis.
Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij hadis. Petama, takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya terlebih dahulu harus diketahui seluruh atau minimal awal dari matan hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang paling awal dalam matan hadis tersebut.
Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini dapat ditelusuri dari kitab takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata tersebut terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis tersebut ada di kitab mana saja.
.