Selasa 22 Aug 2017 15:43 WIB
Belajar Kitab

Fungsi Membaca Watak

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ilmu membaca watak ini sangat diperlukan untuk menyeleksi pemimpin dan orang-orang yang akan menjalankan amanah besar. Mereka adalah orang-orang yang memengaruhi hajat hidup orang banyak. Kepribadian akan menentukan arah kebijakan dan jalannya pemerintahan.

Ar-Razi mengutip sebuah hadis Rasulullah, Sungguh telah ada pada umat-umat terdahulu para muhaddatsun, dan jika ada seseorang dari ummatku, ia adalah Umar bin Khattab. Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari itu menunjukkan Umar adalah ahli ilmu firasah. Apa yang dianalisisnya kerap menjadi kenyataan.

 

Ibnu Asakir dalam Tarikh ad-Dimasyqi menuliskan Umar bin Khattab suatu ketika berpatroli pada malam hari secara diam-diam. Di sebuah tenda dia mendengarkan percakapan wanita penjual susu dengan ibunya. Sang ibu memerintahkan anaknya untuk mencampur susu dengan air, tapi sang anak selalu menolak melaksanakan perintah itu.

Keesokan harinya Umar memerintahkan anaknya, Ashim untuk mendatangi wanita tersebut. Jika wanita tersebut masih seorang diri, maka nikahilah, perintah Umar.

Setiba di sana, ternyata wanita tersebut masih sendirian. Ashim kemudian menikahinya. Pernikahan mereka dikaruniai seorang puteri yang kelak dikenal sebagai Ummu Ashim. Dialah ibu yang melahirkan Umar bin Abdul Aziz, khalifah Umayah yang membawa masa kejayaan Islam pada abad ke delapan Masehi.

Sosok lain yang dikenal mahir menggunakan ilmu firasah adalah Rasulullah. Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah memprediksikan Konstantinopel suatu saat akan jatuh ke tangan umat Islam (HR Ahmad). Ternyata benar, pada abad ke-15, kota tersebut berhasil dikuasai umat Islam di bawah kepemimpinan Muhammad al-Fatih.

Ilmu seperti ini juga dimiliki oleh menteri al-Aziz yang membaca kepribadian Nabi Yusuf, istri Firaun yang melihat bayi Musa akan menjadi orang hebat, dan Abu Bakar Shiddiq yang memprediksi Umar bin Khattab yang akan memimpin umat Islam.

Di Barat, ilmu membaca watak dikenal dengan nama fisiognomi. Tradisi ini dikembangkan oleh Johann Kaspar Lavater pada abad ke- 18. Karyanya menyebar luas di Eropa. Lavater mengembangkan ilmu tersebut setelah mendalami gagasan ilmuwan Sir Thomas Browne (1605-1682) dan ilmuwan Italia Giambattista Della Porta (1535?1615). Browne dalam bukunya Religio Medicimembicarakan kemungkinan mendalami kualitas kepribadian melalui wajah seseorang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement