Sabtu 19 Aug 2017 05:20 WIB

Di Malaysia, Mahasiswa Indonesia Bahas Persatuan Umat Islam

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ilham Tirta
Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) Malaysia menggelar diskusi soal persatuan umat Islam di Indonesia.
Foto: dokumen ISFI.
Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) Malaysia menggelar diskusi soal persatuan umat Islam di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) Malaysia mengundang empat mahasiswa perwakilan dari organisasi masyarakat (ormas) Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan Forum Tarbiyah (Fotar). Tujuannya untuk mendiskusikan tentang persatuan umat Islam di Indonesia.

Dalam diskusi yang digelar di Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM), Presiden ISFI menjelaskan, diskusi itu juga diadakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Indonesia ke-72. "Kita menyadari di Indonesia sekarang ini banyak terjadi perbedaan dan pertikaian, maka kita memilih tema diskusi ini," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Jumat (19/8).

Pada kesempatan serupa, Dosen IIUM Muntaha Artalim Zaim mengatakan, berbagai pertentangan antar ormas Islam memang telah terjadi selama ini. Menurutnya, masyarakat belum mampu membedakan mana yang ushul (pokok) serta mana yang furu' (cabang).

"Contoh paling nyata dari ketidakmampuan pembedaan itu adalah terjadinya fenomena saling membid'ahkan dan perbedaan dalam memilih pemimpin ketika pemilu," ujar Muntaha. Ia berharap, ke depan, semua umat Muslim bisa berjalan beriringan untuk membangun Indonesia.

Mahasiswa Perwakilan NU Mohammad Hamdi menilai, perbedaan merupakan hal biasa. "Yang salah adalah saling menyalahkan dan bahkan mengatakan golongan tertentu akan masuk neraka," ujarnya dalam diskusi.

Sementara itu, Mahasiswa Perwakilan Fotar Yusuf Ali mengibaratkan semua ormas seperti berbagai ranting dari pohon besar bernama Islam. Mahasiwa Perwakilan Muhammadiyah Sutrisno pun beranggapan seperti Yusuf.

"Hanya saja kalau saya lebih mengilustrasikan perbedaan itu dengan perbedaan di mana kita shalat. Bisakah kita shalat tanpa mempedulikan masjid atau mushalahnya? Jawabannya bisa," kata Sutrisno.

Perwakilan Mahasiswa dari Persis Irfan Nur Hakim juga mengingatkan, beragam ormas yang ada sekarang bukanlah agama. "Mereka hanya sebagai perantara bagaimana kita beragama," katanya.

Maka, ia menegaskan, tidak boleh menjelek-jelekkan ormas lain. Pasalnya dapat menimbulkan kebencian saudara sesama Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement