Selasa 01 Aug 2017 15:40 WIB

Jalan Memasuki Peradaban Islam

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pembicaraan tentang filsafat dalam peradaban Islam selalu menarik untuk dikupas. Cendekiawan asal barat selalu me ngupas tradisi tersebut dengan berbagai ke simpulan. Ada yang mengatakan filsafat tersebut adalah sepenuhnya berasal dari Yunani. Tidak ada kajian baru di dalamnya.

Ada juga yang mengatakan peradaban Islam berkreasi dan membuat terobosan dalam mempelajari filsafat. Para ulama tidak hanya mengambil, tapi juga mengem bangkan filsafat sehingga menjadi referensi dan objek studi keilmuan pada era Abbasiyah hingga kini.

Pembahasan mengenai hal tersebut dikaji secara komprehensif dalam buku A History of Muslim Philosophy. Buku ini di sunting oleh cendekiawan asal Pakistan, Mian Muhammad Sharif (MM Sharif) dan terbit pertama kali pada 1961. Meski sudah melewati enam dekade, buku itu masih tetap menjadi salah satu pengantar untuk memasuki tradisi falsafah ataupun hikmah dalam Islam yang sangat luas.

Cendekiawan seperti Seyyed Hossein Nasr, Henry Corbin, Oliver Leaman, dan banyak lagi, selalu menggunakan frasa filsafat Islam. MM Sharif tampil berbeda. Dia lebih menggunakan frasa filsafat Muslim.

Muslim adalah orang yang menjalankan dan meyakini ajaran Islam. Se dangkan, Islam adalah ajaran yang bersumber dari Allah. MM Sharif meyakini falsafah ma suk dalam ruang lingkup sejarah dan waktu sehingga tradisi tersebut selalu dikembangkan dan dikaji untuk pembaruan. Falsafah merupakan bagian dari ijtihad manusia.

A History of Muslim Philosophy tidak hanya menggambarkan perkembangan falsafah pada era Abbasiyah hingga abad ke-20. Buku yang ditulis dan dikaji 80 cendekiawan dari berbagai negara. Kitab itu diperkaya dengan latar belakang sejarah pra-Islam dari berbagai peradaban:Cina, India, Yunani, dan Arab jahiliyah. Se telah itu pembaca akan diarahkan kepa da peradaban Islam dengan berbagai per kembangannya.

Pengaruh peradaban tersebut terhadap Islam tidak dapat dimungkiri. Sedikit atau pun banyak, pasti ditemukan dalam ma teri falsafah. Tradisi Yunani, misalnya, cu kup terlihat dalam pembahasan yang dila kukan al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina. Namun, meski ada pengaruh, bukan berarti mereka menyontek tradisi Yunani. Mereka melakukan proses kreatif agar falsafah tidak didasari konsep keyakinan kepada dewa-dewi yang bertentangan dengan Islam. Mereka membangun tradisi ma syaiyyah(paripatetik) untuk menemukan formulasi falsafah yang menjadi inspirasi masyarakat membangun peradaban.

Hal yang sama juga dilakukan oleh para failasufataupun ahli hikmah yang berasal dari Persia, seperti Syihabuddin Yah ya Suhrawardi atau lebih dikenal se ba gai Suhrawardi al-Maqtul. Dia tidak sertamerta mengambil konsep iluminasi dari tradisi Persia. Konsepsi Islam menge nai Tuhan, manusia, alam, ilmu, roh, dan pencip taan, menginspirasinya untuk menghadirkan pembahasan mengenai apa itu cahaya di atas cahaya (nur `ala nur), apa yang dimaksud kegelapan, dan ba nyak lagi.

Tradisi falsafah di India juga begitu, ada Mu ham mad Iqbal yang dikenal sebagai pe nyair. Karyanya berjudul perkembangan Metafisika dan rekons truksi pemikiran ke agamaan, telah dikaji oleh banyak orang di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement