Kamis 27 Jul 2017 20:15 WIB

Waspadai Virus Sombong

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
sombong,angkuh,menang sendiri  (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
sombong,angkuh,menang sendiri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Virus sombong sangat membahayakan. Potret kesombongan akut seperti tergambar dalam kecongkakan iblis. Dalam surah al-Baqarah ayat 34, kisah pembangkangan iblis saat Allah SWT memerintahkannya bersujud kepada Nabi Adam AS tersebut diabadikan. Ternyata, virus tersebut ‘menular’ pula pada manusia. Bukan cuma iblis yang melakukannya. Lantas, bagaimana kesombongan itu muncul dari diri manusia?

Ibnu Maskawaih dalam Tahdzib al-Akhlaqmenjelaskan, kesombongan muncul pada saat nafsu kebinatangan menguasai hati seseorang. Akal sehat menjadi rusak. Dampak negatif akibat serangan virus sombong yang muncul, yaitu akhlak tercela. Pada titik tertentu, yang bersangkutan mulai mencari kelemahan orang lain.  

Bagi mereka yang terjangkit sombong, kata pemilik nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Ya'qub Ibnu Maskawaih ini, orang lain tidak lebih baik darinya. Dia merasa paling pintar, hebat, dan merasa dibutuhkan. Jangan harap orang seperti ini mau menolong orang lain.  

Menurut sosok yang disebut-sebut sebagai pendiri filsafat akhlak itu, siapa pun sesungguhnya sangat tidak pantas bersifat sombong karena pada hakikatnya, sifat tersebut merupakan sifat Allah dengan penamaan al-Mutakabbir. Wajar bila sifat sombong itu ada pada Tuhan sebab Dia pemilik segalanya. Sedangkan, jika manusia sombong, apa yang dia miliki? Ilmu yang ada di hatinya adalah pemberian-Nya. Tubuh dan segala aksesori juga milik Allah.

Lebih lanjut, menurut tokoh kelahiran Rayy (kini Iran), 320 H/932 M, itu, kesombongan bisa menjangkiti siapa saja. Tidak memandang faktor kelamin, status sosial, ataupun tingkat intelektualitas. Pemegang jabatan pun tidak lepas dari sifat ini, bahkan paling berpotensi.

Sebagai sanksi, kata sosok yang wafat di Ishahan, 412 H/1030 M, tersebut, Allah berjanji akan menempatkan mereka yang sombong di luar kebenaran. Hal ini seperti penegasan surah al-A'raaf ayat 146. Akibatnya, hati akan tertutup dari kebenaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement