Jumat 21 Jul 2017 16:00 WIB

Ketika Band Underground Temukan Kebenaran Islam

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Musik
Foto: pixabay
Ilustrasi Musik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalawat menggema di GOR Ranggajawati Sumber, Cirebon, Jawa Barat. Hanya, para pelafaznya bukan kiai, santri, atau ustaz berpeci. Shalawat dilantunkan sebuah kelompok band underground bernama Purgatory pada 14 Mei 2017 lalu. Saat menggemakan shalawat Asyghil itu, para penggawa Purgatory berlutut. Mereka mencoba berkhidmat kepada lelaki pujaan umat Islam sedunia: Muhammad SAW.

Purgatory layaknya band beraliran heavy metal lainnya. Mereka kerap tampil dengan kostum menyeramkan. Lengkap dengan suara monster alias growl yang selalu membuat kesan menakut kan kian lekat dengan band asal Jakarta ini. Al Muqoddas, drumer Purgatory menjelaskan, kelompok musik ini mengalami banyak perubahan personel sejak berdiri pada 1993. Pria yang akrab disa pa Al ini menjelaskan, pada awal berdiri, Purgatory lebih memilih tema kematian, politik, dan sosial.

Namun, perombakan personel yang pernah dilakukan ikut meng ubah fokus tema dari musik ini. Tahun 2003, kata Al, merupakan awal kelompok musik ini mulai berfokus pada lagu bertema Islam.

Saat itu, mereka berhasil merilis album 7:172. "Tahun 2003, kita benar-benar ganti, rombak personel parah, karena sejak 1999-2000 vakum. Tahun 2003 keluar lagi mulai mengerucut ke arah kebenaran Islam," ujar Al saat berbincang dengan Republika.co.id, belum lama ini.

Pada album ini, Purgatory menelurkan 12 lagu, di antaranya "MOGSAW" dan "Hypocrishit". "MOGSAW" adalah singkatan dari Messenger of God Shal la llahualaihiwasallam. Liriknya berisi seputar puja-puji kepada Rasulullah SAW. Coba simak salah satu potongan lirik "MOG SAW". "How can't i ain't love you even if i never feel you breathe. You are a miracle the poetry of a paradise." Belakangan, Purgatory pun menukil akronim MOG un tuk menyebut para fannya. Mo gers juga dimaknai sebagai pen cinta Rasulullah SAW.

Lagu "Hypocrishit" juga de kat dengan nuansa religi. Meski di nyanyikan tetap dengan gaya underground, lirik lagu ini me ngutip beberapa kalimat sufistik yang kita kenal selama ini. "Aku hina dan kotor serta tak pantas masuk ke dalam surga-Mu. Ku juga lemah dan tak tahan akan panasnya api neraka-Mu." Pada 2007, lanjut Al, Purga tory mengeluarkan kembali al bum yang dengan berani meng ambil tema lebih mengerucut ke pada moral, akhlak, dan negara Islam. Al mengungkapkan, pesanpesan dalam lagu Purgatory di usahakan untuk selaras dengan Alquran. "Bukan kita menyampaikan Alquran, tetapi sesuatu yang mesti diselaraskan dengan Quran," kata Al.

Al juga enggan Purgatory disebut sebagai band musik metal yang mengangkat tema Keislam an. Al menjelaskan, seluruh personel Purgatory adalah Muslim. Mereka juga dididik oleh orang tua dengan pendidikan Islam. Oleh karena itu, menurut Al, aga ma Islam yang dianut oleh selu ruh personelnya memengaruhi Purgatory. Al menegaskan, Islam harus mewarnai seluruh kehidupan sehari-hari termasuk dalam bermusik.

"Jadi, bukannya kita memilih Islam untuk dimasukkan ke Purgatory, bukan gitu. Ini proses pendewasaan. Misalnya, awalnya belum banyak unsur Islaminya karena belum mengerti, ke sini-ke sini semakin mengerti agama, ak hir nya kebawa ke band," jelasnya.

Sebagai band yang berdiri su dah lama dan mengeluarkan beberapa album, Purgatory memiliki penggemar. Oleh sebab itu, secara langsung atau tidak, Purgatory juga memengaruhi pa ra penggemarnya. Al mengaku tidak mengetahui secara pasti apakah Purgatory lewat pesan lirik yang disampaikannya mam pu mem bawa perubahan perilaku lebih baik kepada masyarakat. Kendati demikian, Al tidak menampik jika Purgatory dinilai memengaruhi cara hidup seluruh perso nel.

Beda lagi dengan Tengkorak. Vokalis band tersebut, Muham mad Hariadi Nasution yang akrab disapa Ombat, mengusung gerak an salam satu jari untuk membedakan dengan salam setan. Ge rakan yang sudah diusung pada 2010 itu pertama kali digemakan pada Urban Garage Festival. Sebuah festival metal yang diper sembahkan untuk korban kekejaman perang di Palestina.

Dalam wawancaranya dengan Republika beberapa waktu lalu, Ombat menjelaskan, personel Tengkorak atau fan band cadas itu kerap mengikuti pengajian. Ombat mengungkapkan, pengajian tersebut membuat personel dan fan Tengkorak semakin dekat pada Allah SWT. "Kalau dulu shalat kagak, apa kagak, puasa tetap merokok, sekarang terasa manfaatnya bahwa susunan amal itu ada," ujarnya.

Ombat mengaku bisa mengajarkan istri di rumah tentang agama. Dia mencontohkan, untuk memberi air putih kepada tamu, pahala yang akan didapatkan bisa sampai 10 kali mati syahid. Menurut dia, itu bukti cinta Tuhan kepada perempuan.

Vokalis berkepala plontos ini menjelaskan, Tengkorak tidak membedakan aliran Islam yang satu dengan yang lain. Sepanjang berada di koridor Alquran dan sunah, katanya, Tengkorak dan fan akan tetap menghargai dan menghormatinya. Menurut Ombat, Islam adalah agama satu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement