Jumat 21 Jul 2017 14:25 WIB

Mimika Jadi Contoh Keberagaman Indonesia

 Warga muslim Papua melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Al-Haq, Pomako, Distrik Mimika Timur, Timika, Papua.
Foto: Spedy Paereng/Antara
Warga muslim Papua melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Al-Haq, Pomako, Distrik Mimika Timur, Timika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MUI Kabupaten Mimika, Papua Ustaz Amin AR sependapat dengan penilaian Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi bahwa keberagaman dan sikap toleransi masyarakat setempat cukup baik, layak menjadi contoh di Indonesia.

"Wilayah itu bisa menjadi contoh atau tempat belajar bagi daerah lain di Indonesia mengenai keberagaman yang benar-benar dipraktikan dalam kehidupan warga," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Mimika Ustadz Amin AR di Timika, Jumat (21/7).

Ia mengatakan, keberagaman, semangat toleransi dan saling menghargai serta menghormati antarpemeluk agama bukan lagi sekadar tataran teori tetapi benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga Kabupaten Mimika.

"Kita di Mimika bukan lagi sekadar belajar teori bagaimana keberagaman dan toleransi itu, tapi kita terus melakukan itu setiap hari. Masyarakat Mimika datang dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan kebudayaan. Tapi hidup berdampingan secara damai, tanpa ada masalah apapun, apalagi terkait agama," kata Ustaz Amin.

 

Menyadari kondisi itu, katanya, Mimika bisa menjadi salah satu barometer bagi daerah lain di Indonesia untuk belajar bagaimana keberagaman dan toleransi antarumat beragama itu dipraktikan dalam kehidupan masyarakat.

Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Madji atau yang populer sebagai Tuan Guru Bajang (TGH) saat menghadiri acara halalbihalal masyarakat NTB di Mimika akhir pekan lalu mengakui keberagaman dan toleransi di daerah ini demikian tinggi.

"Timika dan Mimika merupakan tempat pengamalan toleransi yang nyata. Tempat ini menjadi contoh bagaimana toleransi dan keberagaman serta persaudaraan tidak hanya dibicarakan, tetapi benar-benar diamalkan secara nyata," kata Zainul Majdi.

Menurut dia, banyaknya bangunan tempat ibadah seperti gereja dan masjid di Kota Timika menunjukkan jati diri warga setempat yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. "Timika ini miniatur Indonesia, di Timika tergambar kekayaan suku-suku bangsa dan agama di Indonesia yang harus kita jaga dan terus dipelihara," ajak Zainul.

Warga Mimika dengan kekayaan sumber daya alam mineralnya yang luar biasa yang dikelola oleh PT Freeport, katanya, diharapkan terus menjaga kekompakan, persatuan, kebersamaan dan persaudaraan sebagai modal utama untuk membangun daerah.

Gubernur NTB mengakui awalnya ragu-ragu untuk memutuskan menghadiri acara halalbihalal masyarakat NTB di Timika. Sebab ada banyak berita dan tayangan yang dinilai kurang akurat soal gambaran Kota Timika selama ini.

"Ketika sampai di Timika, saya tahu bahwa Tanah Mimika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari NKRI. Ketika saya disambut dan dipakaikan topi burung Cenderawasih, itu menunjukkan bahwa Tanah Papua merupakan tanah yang terbuka dan tidak benar orang Papua mau hidup sendiri. Tanah Papua terbuka kepada semua orang, yang penting semua yang datang mau membangun Tanah Papua," ajak Zainul.

Ia mengajak Pemkab Mimika bersama jajaran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan MUI setempat untuk berkunjung ke NTB guna berdiskusi soal bagaimana merawat kebersamaan dan kebhinekaan sebagai sesama anak bangsa.

"Kami sangat senang bila Bapak Bupati Mimika (Eltinus Omaleng) bersama FKUB, MUI dan lainnya bisa datang ke NTB. Di NTB ada banyak tempat wisata baik di Lombok maupun Sumbawa," ujar Zainul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement