Kamis 20 Jul 2017 23:18 WIB

Ulama Banten Sarankan Pengamalan Pancasila dengan Mengaji

  Umat Islam mendengarkan ceramah seusai melaksanakan Sholat Idul Fitri 1438 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (25/6).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Umat Islam mendengarkan ceramah seusai melaksanakan Sholat Idul Fitri 1438 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah tengah mengupayakan sosialisasi pengamalan Pancasila, yang kini semakin memudar. Namun, ulama Banten mengajak agar sosialisi pengamalan Pancasila dilakukan dengan cara mengaji bulanan kepada seorang kiai yang bisa dihadiri semua lapisan masyatakat, termasuk pemerintah sendiri.

"Tentang sosialiasai pengamalan Pancasila coba lakukan dengan cara pengajian bulanan kepada seorang Kiai yang dihadiri berbagai lapisan mayarakat," kata pengasuh Pondok Pesantren Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten, KH Muhammad Murtadlo Dimyati dalam pesannya, Kamis (20/7). 

Menurut Kiai Murtadlo, sangatlah mudah bagi pemerintah dengan kata intruksi agar bangsa ini untuk mengkaji dengan serius pengamalannya. Saat ini, rakyat Indonesia sedang dibidik pembodohan dengan slogan 'Saya Indonesia dan Saya Pancasila'.

Padahal, lanjutnya, sebagai umat beragama masyarakat tidak pernah mengatakan bahwa 'Saya Indonesia dan Saya Muslim'. Sebab, agama yang terdiri dari Islam, Iman dan Ihsan itu melekat dengan konstitusi Ulama, yaitu Ijma' dan Qiyas. 

 

"Sama dengan bangsa yang melekat dengan Pancasila-nya yang disebut 'Pancasilais Agamis'," jelas putra Ulama Kharismatis Banten, KH Muhammad Dimyati (Abuya Cidahu) ini.

Kiai Murtadlo mencontohkan, seseorang yang tidak melaksanakan perintah agamanya disebut orang Jahid atau Durhaka. Sama halnya dengan seseorang yang tidak mengamalkan peraturan berbangsa dan bernegara disebut pengkhianat Pancasila.

"Ini yang harus digempur dengan rudal pendidikan dan penekanan atau penataran Pancasila," pungkasnya. ⁠⁠⁠⁠

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement