Selasa 18 Jul 2017 02:00 WIB

Taiwan Gencarkan Sertifikasi Halal demi Pikat Turis Muslim

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Warga mengisi formulir sertifikasi halal secara on-line di kantor Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Jakarta, Selasa (28/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga mengisi formulir sertifikasi halal secara on-line di kantor Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Jakarta, Selasa (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Untuk makin banyak menarik wisatawan Muslim, Taiwan menggencarkan sertifikasi halal. CEO Sincung Halal for Taiwan, Lin Sin Ying mengatakan, populasi Muslim asli Taiwan hanya sekitar dua persen. Namun, banyak Muslim pendatang. Pekerja resmi dari Indonesia saja ada sekitar 800 ribu orang dan mahasiswa sekitar 6.000 orang.

Pemerintah Taiwan berencana menarik lebih banyak wisatawan Muslim dari Asia Tanggaran dan negara-negara Mayoritas Muslim lainnya. Karena itu Pemerintah Taiwan membentuk ekosistem wisata yang ramah Muslim. Maka tak heran, makin banyak perusahaan Taiwan yang berminat melakukan sertifikasi halal.

''Fokus wisata halal ada pada makanan halal terpercaya dan tempat shalat yang mudah,'' kata wanita yang kerap disapa Jill itu di Kantor Global Halal Center, Bogor, Senin (17/7).

Dengan nota kesepahaman antara Sincung dan LPPOM MUI, kedua pihak ingin menguatkan industri halal di Taiwan agar konsumen lebih percaya. ''Hotel dan resto juga sekarang gencar sertifikasi halal,'' kata CEO perusahaan konsultan halal itu.

 

Meski belum punya angka pasti, melihat jumlah Muslim seperti dari Indonesia dan Malaysia, nilainya industri halal Taiwan bisa mencapai 10 miliar dolar Taiwan (NT) setahun.

Dari data Badan Statistik Taiwan, kedatangan wisatawan dari Malaysia dan Indonesia menunjukkan tren peningkatan  dalam tiga tahun terakhir. Pada 2014, jumlah wisatawan asal Malaysia mencapai 439.240 orang dan Indonesia 182.704 orang. Jumlahnya sempat turun menjadi 431.481 orang Malaysia dan 177.743 orang Indonesia. Namun, kemudian kembali meningkat menjadi 474.420 orang dari Malaysia dan 188.720 orang dari Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement