Senin 17 Jul 2017 18:43 WIB
Mengenal Sahabat Rasulullah

Awal Mula Amr Bin Ash Memeluk Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Padang Pasir
Foto: Youtube
Padang Pasir

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sebagai tokoh Quraisy, Amr bin 'Ash me lihat Islam sebagai upaya menggugat stabilitas di tengah masyarakat Makkah. Satu tindakannya yang tercatat sejarah adalah menghalangi budi baik penguasa Ha basyah, Raja Najasyi, yang menerima se kelompok kaum Muslim hijrah ke negeri itu.

Hijrahnya kaum Muslim ke sana atas anjuran Rasulullah, yang memahami Raja Najasyi sebagai penganut Nasrani yang taat. Peristiwa itu berlangsung sekitar tujuh tahun sebelum hijrahnya Rasulullah ke Yastrib (Madinah).

Kala itu, rombongan Muslim yang dipimpin Ja'far bin Abu Thalib sudah tiba di Habasyah. Namun, ketakutan masih meliputi mereka karena para petinggi musyrikin Quraisy justru menyusul. Adalah Amr bin Ash yang memimpin orangorang ini untuk menghadap kepada Raja Najasyi.

Tujuannya, agar sang raja bersedia mengusir Ja'far bin Abu Thalib dan rombongan dari negeri Habasyah. Di sini, Amr bin Ash begitu optimistis karena kemampuan diplomasinya dan hubungan persahabatannya dengan elite Kerajaan Habasyah.

Sesampainya di istana Habasyah, Amr bin Ash menyampaikan maksud kedatangannya langsung kepada Raja Najasyi.

Sang Raja tidak langsung menyerahkan orang-orang Islam pencari suaka itu. Dengan bijaksana, Raja Najasyi memper hadapkan Amr bin Ash dengan Ja'far bin Abu Thalib. Tujuannya, agar Raja Najasyi da pat berlaku adil dalam menilai siapa se sung guhnya yang paling benar dalam urusan ini.

Untuk memenangkan argumentasinya, kepada Raja Najasyi, Amr bin Ash menyatakan, orang-orang Islam itu memiliki pandangan yang berbeda mengenai Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Sebagai seorang Nasrani yang saleh, Raja Najasyi cukup terkejut. Akan tetapi, Ja'far bin Abu Thalib ternyata mampu menjelaskan bagaimana Islam memuliakan sosok Maryam dan putranya, Nabi Isa AS.

Itu khususnya setelah Ja'far membacakan kepada sang raja Alquran Surah Maryam ayat ke-14. Belum selesai ayat tersebut dibacakan, air mata Raja Najasyi berderai haru. Para pendeta kerajaan juga meneteskan air mata karena hati mereka tergugah keindahan ayat tersebut.

Demi Allah, tidak ada perbedaan barang sehelai rambut pun antara ajaran Isa bin Maryam dan Nabi kalian, kata Raja Najasyi. Setelah itu, penguasa Habasyah tersebut meminta Amr bin 'Ash dan para pemuka Quraisy agar berhenti mengganggu kaum Muslim.

Pergilan kalian semua! Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan orangorang (Muslim) ini kepada kalian! seru sang raja.

Peristiwa tersebut terngiang di benak Amr bin 'Ash. Raja Najasyi memang sudah mengetahui adanya nabi akhir zaman. Sempat pula sang penguasa Habasyah itu bertanya kepada Amr, mengapa pula tidak beriman kepadanya, Rasulullah?

Rupanya, perenungan ini mendorongnya terus bertanya-tanya. Apakah benar Rasulullah semata-mata mengincar kedudukan politik di Makkah? Saat itu, situasi antara umat Islam dan kaum musyrik sudah cukup berubah.

Basis ke kuasaan kaum Muslim berpusat di Madinah, sedangkan kaum musyrik Makkah terus mengadakan persekutuan demi menyudutkan Rasulullah. Namun, pelbagai upaya tidak membuahkan hasil. Alih-alih begitu, fajar kemenangan semakin nyata bagi umat Rasulullah SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement