Rabu 12 Jul 2017 10:42 WIB

Arab Saudi akan Ajarkan Olahraga Bagi Anak Perempuan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Atlet lari Arab Saudi, Sarah Attar (Ilustrasi)
Foto: EPA
Atlet lari Arab Saudi, Sarah Attar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Untuk pertama kalinya, Arab Saudi akan mengajarkan pelajaran olahraga bagi anak-anak perempuan. Kementerian Pendidikan Saudi mengumumkan, pelajaran olah raga bagi anak perempuan akan mulai berlangsung pada tahun akademik mendatang. Ini menandai mulai melonggarnya aturan Saudi terhadap perempuan.

Pengumuman itu sendiri tidak memuat rinci kegiatan olah raga apa yang akan diajarkan. Namun, pelajaran olah raga akan diajarkan bertahap sesuai aturan syariah.

Ketatnya aturan membuat perempuan di Saudi tak boleh mengemudi, bepergian ke luar negeri, atau melakukan beberapa tindakan medis tanpa izin dari wali laki-laki seperti ayah, suami, atau anak. Sehingga memang tak ada kursus mengemudi untuk perempuan.

Ketatnya aturan itu juga berlaku dalam olah raga karena berbagai alasan. Beberapa menilai, kebiasaan menggunakan pakaian olah raga akan membuat perempuan kehilangan kesopanan. Alasan lain, karena olah raga bertentangan dengan sifat dasar perempuan dan olah raga dapat membuat tubuh perempuan berotot seperti laki-laki.

Akademisi Saudi yang mendalami sejarah perempuan, Hatoon al-Fassi, menjelaskan, semua larangan yang diterapkan di Saudi pada dasarnya untuk melindungi feminitas perempuan. Al-Fassi dan beberapa aktivis perempuan lainnya menyambut baik keputusan Pemerintah Saudi tersebut karena memberi ruang bagi anak-anak perempuan.

''Keputusan ini penting terutama bagi sekolah umum. Penting untuk membangun kesadaran anak perempuan untuk berolah raga, peduli dengan kesehatan fisik, dan menghargai apa yang mereka miliki pada tubuh mereka,'' kata al-Fassi seperti dikutip The New York Times, Selasa (11/7).

Perkembangan pendidikan olah raga bagi anak perempuan di Saudi terbilang lambat. Pembukaan sekolah perempuan pertama 50 tahun lalu saja bahkan menuai protes dan hingga saat ini sekolah perempuan terpisah dari laki-laki. Beberapa dekade belakangan, fakultas khusus perempuan mulai bermunculan. Izin resmi pendidikan olah raga untuk anak perempuan di sekolah swasta berlaku empat tahun lalu, meskipun semua dalam kondisi privat.

Pada 2012 lalu, Saudi mulai mengutus dua atlet perempuan dalam Olympiade London setelah Saudi ditegur tak boleh ikut Olympiade lagi bila hanya mengirim atlet lelaki. Pada 2016, Saudi mengirim empat atlet perempuan dalam Olympiade Rio de Janeiro dan Putri Reema binti Bandar al-Saud menjabat sebagai Wakil Presiden Otoritas Jenderal Olah Raga Saudi.

Keputusan memberi pendidikan olah raga bagi anak perempuan merupakan bagian Visi Saudi 2030 yang digagas Putera Mahkota Mohammed bin Salman. Visi itu ditujukan untuk mendiversi ekonomi Saudi dan membuat warganya lebih nyaman. Termasuk di dalamnya menargetkan 40 persen warga Saudi untuk berolah raga setidaknya sekali sepekan. Saat ini, hanya 13 persen warga Saudi yang berolah raga sekali sepekan.

Meski begitu, Saudi masih menghadapi pembentukan sistem pendidikan olah raga yang tepat mengingat banyaknya sekolah publik di sana. Universitas di Saudi kekurangan tenaga pengajar olah raga perempuan dan kebanyakan sekolah perempuan di sana tak memiliki fasilitas olah raga memadai. ''Ini memang sulit karena Suadi memulai semua dari awal,'' kata Al-Fassi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement