Jumat 07 Jul 2017 13:54 WIB

Hidayah Menyapa di Kota Roma

Yulita Widiastuti
Foto:
Yulita Widiastuti

“Karena kalau kamu Muslim kamu harusnya memakai penutup kepala. Tuh lihat, tamu kamu (maksudnya anggota rombongan wisata yang dibawa oleh Yulita, Red) memakai penutup kepala, sedangkan kamu tidak. Penutup kepala itu identitas. Kalau kamu tidak pakai penutup kepala, aku tidak tahu kamu Muslim,” tutur Roberto.

Jleb! Ucapan Roberto sangat menohok Yulita. “Mendengar ucapan Roberto saya langsung kepikiran. Saya mulai berpikir bahwa identitas penting seorang Muslim adalah berjilbab – Roberto menyebutnya penutup kepala. Karena itu, sepulang dari trip tersebut, saya langsung  memakai jilbab,” ujar  Yulita yang merupakan tour leader wanita pertama yang membawa group Indonesia ke Eropa. Setelah berjilbab, Yulita juga menjadi tour leader wanita berjilbab pertama yang membawa group wisatawan ke Eropa.

Keputusan Yulita mengenakan jilbab tidak selamanya direspons positif, terutama oleh teman-teman dan jaringan kerjanya (networking) yang non-Muslim. “Banyak yang pro dan kontra. Banyak teman yang non-Muslim yang berkata, ‘Ngapain sih pakai jilbab? Kamu ‘kan masih muda?’” kata Yulita.

Tantangan dan intimidasi juga ia rasakan saat membawa tamu ke  Eropa. “Ada sopir yang memaksa saya melepas jilbab. Namun saya tetap pada pendirian saya untuk  berjilbab. Akhirnya ia respek kepada saya,” ujarnya.

Tantangan lainnya adalah terkait makanan, khususnya ketika membawa tamu ke Eropa dan sulit mencari makanan halal. “Setelah berjilbab, saya selalu berusaha memastikan makanan yang saya makan itu halal. Saya menghindari makanan yang mengandung babi, walaupun saya menghadapi udara yang sangat dingin dan kelaparan,” tegas Yulita.

Terus terang, kata Yulita, pada awal-awal ia berhijab, job yang diterimanya  berkurang. “Sebelumnya, saya ke Eropa seperti ke Blok M (karena sangat sering dan rutin membawa tamu ke Eropa, Red). Setelah saya berjilbab, job berkurang,” tuturnya.

Namun ada hal yang membuatnya bersyukur. “Setelah saya berjilbab, teman-teman yang kurang baik menjauh. Sebaliknya teman-teman yang baik mendekat. Setelah saya memakai jilbab, orang lebih respek kepada saya. Saya jadi lebih tenang. Gangguan atau godaan berkurang, sebab teman-teman pergaulan saya tersortir dengan sendirinya,” ujar alumnus STP Trisakti Jakarta itu.

Allah SWT menyambut hijrah Yulita menjadi Muslimah yang berhijab. “Job dari travel umum berkurang, tapi  kemudian Allah menggantinya dengan job dari travel Muslim. Sejak tahun 2013 saya membawa wisatawan Muslim (Muslim traveller) ke berbagai destinasi, terutama Eropa. Rezeki Allah tidak berkurang, bahkan lebih terjamin,” kata Yulita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement