Senin 26 Jun 2017 08:26 WIB

Begini Suasana Lebaran di Italia

Pengajian Komunitas Muslim Indonesia di Roma.
Foto: Dok. Pribadi
Pengajian Komunitas Muslim Indonesia di Roma.

Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ., M.Pd.I*

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Lebaran di negeri yang minoritas memang tidak semegah dan semeriah di kampung halaman, Indonesia. Meskipun dilarang membunyikan petasan, tetapi tetap saja kemeriahan petasan kembang api dan jangwe menghiasi langit di tengah suara-suara takbir yang menggema.

Aroma opor ayam dan ketupat yang menggantung di dapur juga ikut mengisi hidangan khas lebaran idul fitri. Tetapi di rantau, negeri jauh dari Indonesia hanya bisa melihat kembang api dari aplikasi android, yang disentuh langsung keluar cipratan apinya.

Takbiran pun dibatasi, menghormati tetanga yang sedang istirahat. Begitu juga dengan izin mengadakan keramaian ke polisi setempat. Jangan tanyakan tentang takbir keliling di Italia, itu pasti tidak ada.

 

Beruntung diaspora Muslim Indonesia di Roma, KBRI menyelenggarakan sholat idul fitri di halaman wisma dan difasilitasi oleh NUR (Nadwah Ukhuwah Roma) yang bekerjasama dengan dompet dhuafa. Selaku Imam dan Khotib adalah H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I, dai ambassador Cordofa (Corps Dompet Dhuafa) 2017 yang ditugaskan di Italia.

Sebagaimana arahan dari ketua NUR, Yusral Thahir. Tema yang akan disampikan pada khutbah idul fitri 25/6/2017 berkaitan dengan pemantapan tauhid. Adapun judul khutbah yang disampaikan adalah “menjadi manusia Ramadhan yang mandiri dan rabbani”.

Suasana lebaran di musim panas ini memang banyak ujian, terutama ujian pandangan. Panasnya menyengat, suhu panas di Roma pada akhir bulan Juni ini  mencapai 31 derajat.  Bagi penduduk Italia, ini waktunya berlibur. Sekolah libur 3 bulan lebih. Yang punya uang banyak, bisa liburan ke luar negeri.

Yang uangnya pas-pasan liburan di pantai sekitar italia. Mungkin bagi saya aneh, saat  panas mereka ke pantai berjemur. Saat musim dingin mereka ke gunung. Bukannya malah tambah dingin?

Begitu juga diaspora Indonesia. Mahasiswa ada yang pulang kampung ke Indonesia. Karena musim panas ini, adalah libur panjang di Italia.  Libur dari  Juni – Juli –agustus, pertengahan september baru mulai perkuliahan kembali.  Para pekerja di Italia jika lebaran begini, ada yang bisa mengambil cuti, ada juga yang tidak bisa mengambil cuti. Tergantung pekerjannya.

Yang bisa ambil cuti, bisa jalan-jalan menikmati indahnya pemandangan alam italia. Apalagi Italia terkenal dengan batu alamnya. Granit, marmer, keramik, semuanya terunggul di dunia. Kokoh dan cantik. Marmer dan bebatuan masjidil haram di Mekah dan Majid Nabawi di Madinah, sebagian besar batunya dari Italia.

Banyak yang bisa dikunjungi di Italia saat libur lebaran ini. Colloseum di Roma, tempatnya para gladitor diadu dengan hewan sampai mati. Pantheon, gereja tua yang dibangun pada tahun 27 Masehi. Trevi Fountain, air mancur yang mitosnya pengunjung akan balik ke roma jika melepar koin ke kolamnya. Menara miring Pissa.

Termasuk gereja-gereja besar di sekitar Roma, eldumo di Milan, stadion-stadion sepak bola sansiro, turino, olimpico. Begitu juga ada wisata  sejarah  di Napoli, Kampung Pompeyy. Dan ada juga wisata air venesia.

Sayang saya tidak bisa menyusuri keindahan Venesia dan Pompeyy. Salah satu tempat wisata terkenal di Italia, yang bisa dijadikan sebagai wahana tadabbur alam. Venesia adalah wisata kampung air yang dibilang terbaik di dunia. Pompeyy adalah kampung yang penduduknya berbuat maksiat dan langsung diazab dengan lahar panas gunung vesuviius di Napoly.

Sampai kini menurut orang-orang yang sudah sampai ke sana, Irwanda, staff KBRI contohnya, mengatakan: sisa-sisa sejarahnya masih utuh, kerangka mereka terlhat seperti berbuat maksiat waktu dulu. Memang letaknya sangat jauh sekali dari Roma. Perjalanan membutuhkan waktu 7-8 jam dengan bus. 5-6 jam dengan kereta. Harus kuat fisik juga menyusuri keindahannya.

Liburan di saat lebaran itu memang penting. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan. Sebagai bentuk membaca kebesaran ciptaan Allah yang memang harus dijadikan pelajaran.

Tetapi lebih penting lagi, karena suasana masih dalam idul fitri adalah mengunjungi orang tua, kerabat, teman, dan keluarga paman. Itu yang lebih bermanfaat. Sebagaimana Rasulullah menyebutkan siapa yang mau diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, sambunglah silaturrahmi. (H.R. Muslim).

*Dai Ambassador Cordofa 2017, Tidim LDNU, Guru PAI SMA YPK Bontang, Penulis Buku: Amroden Belbre; Perjalanan Dakwah 45 hari di Eropa, Fathul Khoir; Metode Mudah Memahami Ilmu Tajwid

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement