Sabtu 24 Jun 2017 23:18 WIB

Ribuan Orang Berpartisipasi dalam Takbir Keliling FPI

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Agus Yulianto
Warga merayakan malam takbiran (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Warga merayakan malam takbiran (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan orang berpartisipasi dalam aksi damai pawai takbir keliling yang digelar Front Pembela Islam (FPI), Sabtu (24/6) petang. Rute awal takbir keliling berlokasi di kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat FPI di bilangan Petamburan, Jakarta Barat.

Ketua Bantuan Hukum FPI (BHF) DKI Jakarta Ustaz Mirza Zulkarnaen menginformasikan, rombongan pawai bertolak dari Petamburan menuju Slipi, Cawang, Otista, Kampung Melayu, Senen, hingga Gunung Sahari. Selanjutnya, pawai dilanjutkan ke Mangga Dua, Kota, Glodok, Harmoni, Hasyim Ashari, Tomang, Slipi, dan kembali ke Petamburan.

"Takbir keliling adalah syiar agama, ungkapan kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa dan menyambut Hari Raya Idul Fitri," ungkap Mirza saat dijumpai di lokasi awal rute takbir keliling.

Sejak pukul 20.00 WIB, ribuan orang berbondong-bondong datang dengan berjalan kaki maupun mengendarai sepeda motor dan mobil pribadi. Sejumlah truk dengan bak terbuka dan ambulans juga tampak bersiap-siap sebelum rombongan memulai perjalanan yang baru berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB.

Tahir Rahman adalah salah satu simpatisan FPI yang berpartisipasi dalam pawai takbir keliling tersebut. Pria asal Makassar yang berprofesi sebagai pelaut itu mendapatkan informasi dari grup WhatsApp mengenai adanya takbir keliling dan memutuskan ikut karena berbarengan dengan waktu cutinya.

Ia berpendapat, takbir keliling adalah hal penting karena menjadi bagian dari syiar Islam. Sebagai orang awam, ia tidak setuju jika pihak kepolisian melarang penyelenggaraannya karena dalam pelaksanaannya pun takbir keliling tidak berlebihan dan bukan mengarah ke aksi hura-hura.

"Kalau dilakukan dengan sopan, baik, tertib, tidak anarkis atau mengganggu pengguna jalan, saya rasa masyarakat akan mengerti dan menghargai. Kata kuncinya yang penting lillahi ta'ala," ujar pria 50 tahun yang berdomisili di Matraman, Jakarta, itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement