Selasa 20 Jun 2017 16:53 WIB

Anjuran Perbanyak Keturunan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Bimbingan bagi pasangan pengantin baru yang ingin mendapatkan keturunan (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Bimbingan bagi pasangan pengantin baru yang ingin mendapatkan keturunan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengawali karyanya, Ibnu Qayyim mengemukakan beberapa argumentasi tentang anjuran memperbanyak keturunan. Dalam pandangan nya, usaha memperoleh keturunan sangat dianjurkan. Pernyataan tersebut diungkapkan mengomentari ayat 187 dari surah al-Baqarah.

Maka, sekarang campurilah mereka, dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. (QS alBaqarah [2]: 187).

Maksud dari perkataan apa yang telah ditetapkan adalah memperoleh anak. Pendapat itu diperkuat oleh sejumlah ulama salaf, antara lain Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Hasan al-Bashri, as-Saddi, dan adDlahak.

Logikanya, tatkala Allah memberikan keringanan bagi umat Muhammad mencampuri istrinya di malam hari selama berpuasa, Allah memberikan tuntunan, hendaknya tidak hanya berorientasi pada pemenuhan syahwat, tetapi perlu pula mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah, tidak terkecuali upaya memperoleh keturunan.

Ibnu Qayyim pun kemudian menyertakan sebanyak 15 hadis yang memperkuat argumentasi tersebut.

Kepiawaiannya di bidang hadis terli hat begitu kuat dari kualitas hadis yang disuguhkan lantaran validitas dan kesahihan hadis-hadis yang dinukil bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam konteks anjuran mem perbanyak keturunan, salah satu hadis yang dikutip Ibnu Qayyim ada lah hadis riwayat Ahmad dan Abu Hatim dari Anas bin Malik.

Diri wayatkan bahwasanya Rasulul lah memerintahkan umatnya untuk menikah dan melarang keras membujang. Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena sesesungguhnya Aku (Muhammad) akan bangga dengan kalian di depan para nabi pada Hari Kiamat.

Jangan bedakan Hal penting yang mesti ditanamkan oleh kedua pasangan adalah tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin apa pun yang diberikan Allah sepatutnya diterima dan disyukuri sebagai sebuah nikmat. Poin ini penting disadari agar terhindar dari pola pandang dan paradigma yang berlaku di masyarakat Arab Jahiliyah waktu itu.

Bagi mereka, kehadiran anak perempuan dianggap sebagai aib dan perkara yang sama sekali tidak meng gembirakan, jauh dari harapan. Padahal, apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan seba gai misal bagi Allah Yang Maha Pe murah, jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih. (QS az-Zukhruf [43]: 17). Teta pi, secara tegas pola pikir keliru tersebut ditepis dalam Islam.

Kehadiran anak perempuan bukan perkara yang menyedihkan. Sebab, laki-laki mempunyai kedu dukan sama di hadapan agama. Inilah mengapa, dalam analisis Ibnu Qayyim, perempuan didahulukan oleh Allah dalam ayat ke-49 dalam surah as-Syura.

Ayat tersebut menegaskan, Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehen d aki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki pula. Pendahuluan ini, menurut Ibnu Qayyim, bukan hampa makna.

Allah hendak menekankan, perempuan yang kerap dinistakan oleh masyarakat Jahiliyyah ternyata dipandang terhormat tak ubahnya lelaki. Penghormatan atas perempuan juga ditegaskan di berbagai ha dis Rasulullah. Ibnu Qayyim menye butkan, beberapa di antaranya hadis riwayat Muslim dari Anas bin Malik.

Rasulullah bersabda: Barang siapa yang mengurus dua anak perem puan hingga baligh, dia akan datang kelak di hari kiamat bersamaku (Muhammad SAW) seperti ini (sambil mengisyaratkan kedua jarinya saling berdekatan).

Dalam riwayat lain, dari Aisyah disebutkan, Rasulullah pernah bersabda: Barang siapa yang diuji dengan anak perempuan karena suatu hal lalu dia bersabar, mereka (anak perempuan) akan menjadi penghalang dari api neraka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement