Kamis 15 Jun 2017 16:16 WIB

Dampak Rindu Berlebihan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATYA -- Rasa rindu itu adalah siksaan // Jika didorong nafsu, maka siksaannya akan lebih menyayat // (Abu Tamam 845 M )

Syair yang ditulis oleh seorang penyair terkemuka yang wafat pada 231 H/845 M, Abu Tamam Habib bin Aus, cukup memberikan gambaran singkat tentang dampak yang diakibatkan oleh rasa kangen akut bercampur nafsu yang menyerang sejoli. Gairah tersebut telah melampaui batas normal cinta kepada sesama manusia dan lebih mendekati nafsu.    

 

Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd mencoba memberikan sejumlah solusi sederhana untuk mengatasi kegalauan kebanyakan muda-mudi yang tengah dilanda asmara. Buah pemikirannya itu, tertuang apik dalam sebuah buku yang dia beri judul Al-Isyq; Haqiqatuhu, Khathruhu, Asbabuhu, 'Ilajuhu.

Kondisi rindu yang akut itu, mengemuka pula sebagai bahasan menarik di kalangan generasi salaf. Ini lantaran dinamika cinta dua sejoli melintas generasi. Tokoh salaf terkemuka, Ibn Abd al-Barr, pernah mengemukakan tentang hakikat rasa kangen. Dia menegaskan bahwa, seperti yang dijelaskan oleh tokoh bijak, rasa kangen sejatinya adalah bentuk kekosongan hati. 

Abu al-Abbas Ahmad bin Yahya, pernah ditanya komparasi antara rasa cinta dan perasaan kangen, manakah dari kedua hal itu yang lebih utama? Dia lebih memilih cinta ketimbang rasa kangen. Karena, pada dasarnya dalam perasaan itu terdapat unsur berlebih-lebihan.

Ibn al-Qayyim bahkan menegaskan, perasaan kangen itu adalah satu penyakit yang tak satu pun dokter mampu memangkasnya. Nyaris sulit terobati. Dan, rasa kangen bisa berubah menjadi "virus" mematikan yang mengancam kebersihan hati. Sekali api rindu menyala, akan sulit memadamkannya.

Derajat rindu, kata Ibnu al-Qayyim, bisa merangkak naik ke level syirik bila memosisikan kecintaan dan kerinduan kepada pasangan melebihi tunduk dan cinta kepada Allah SWT. “Kondisi yang demikian merupakan fitnah yang besar,” tuturnya, seperti dinukilkan oleh Syekh al-Hamd.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement