Ahad 04 Jun 2017 17:13 WIB

Meraih Derajat Takwa di Bulan Suci

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Ramadhan

Jaja menjelaskan, puasa Ramadhan pada prinsipnya adalah ibadah mentalitas, bukan ibadah fisik. Oleh karenanya, keberhasilan seseorang dalam menjalankan puasa tidak dapat diukur lewat penampilan fisiknya, tetapi lebih kepada perubahan kualitas mentalnya: apakah menjadi lebih baik dari sebelumnya atau malah sebaliknya. 

"Jadi, jika selepas Ramadhan kita masih suka mem-posting hal-hal yang buruk di medsos, itu artinya ibadah puasa yang kita jalani belum lagi mampu membawa perubahan yang baik kepada diri kita," ujarnya.

Selanjutnya, kata Jaja, meraih derajat takwa di Bulan Suci bisa dilakukan dengan menghidupkan qiyam Ramadhan atau melaksanakan shalat sunah Tarawih di setiap malam Ramadhan. Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk menunaikan ibadah sunah tersebut, baik secara berjamaah di masjid maupun sendirian di rumah.

Dalam satu riwayat disebutkan,"Barang siapa melakukan qiyam Ramadhan (beribadah di malam Ramadhan) karena keimanan dan mencari pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni," (HR Bukhari 37 dan Muslim 759). Dari hadis ini dapat diketahui bahwa begitu besar ganjaran yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang mengerjakan ibadah di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan.

Jaja mengatakan, cara lainnya untuk menggapai ketakwaan di Bulan Ramadhan dapat dilakukan dengan bersedekah. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan umatnya untuk memperbanyak sedekah, terutama di Bulan Suci. Allah SWT pun menjanjikan kepada orang yang bersedekah di Bulan Ramadhan pahala yang berlipat-lipat ganda. 

Dalam satu hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA dinyatakan, "Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi di Bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Alquran. Dan kedermawanan Rasulullah SAW melebihi angin yang berhembus," (HR Bukhari).

Sementara, dalam hadis lain dikatakan, "Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun juga," (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Berikutnya, upaya meraih takwa di Bulan Ramadhan dapat pula dilakukan dengan melaksanakan tadarus Alquran. Jaja berpendapat, agar amalan yang satu ini menjadi lebih berkualitas, kaum Muslim dianjurkan memiliki mentor (pembimbing) yang paham Alquran saat melakukan tadarus. Tujuan mentor itu adalah untuk men-tahsin atau membetulkan bacaan ayat-ayat suci yang dilafazkan oleh setiap peserta tadarus.

Yang tidak kalah pentingnya, kata Jaja lagi, di Bulan Ramadhan ini kaum Muslim juga dituntut untuk menjauhi sifat sombong, hasud (dengki), riya, dan sum'ah dalam beribadah. Sebab, semua perilaku tersebut sudah barang tentu akan merusak bahkan membatalkan amalan-amalan yang kita lakukan selama di Bulan Suci. 

"Saat ini, ada semacam fenomena di mana sebagian orang begitu suka mem-posting amalan-amalannya di medsos. Misalnya, mengunggah foto saat melakukan tadarus di malam Ramadhan di laman Facebook. Tentunya perilaku semacam ini juga harus dihindari karena bisa mengarah kepada riya," kata dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Qalam Tangerang, Banten itu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement