Selasa 30 May 2017 16:10 WIB

Nasihat Tulus Ulama untuk Sang Khalifah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Foto: encyclopedia.com
Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Hubugan ulama dan umara pada masa kejayaan Islam sangatlah erat. Ulama kerap memberikan nasihat kepada para penguasa. Nasihat tersebut disampaikan dengan penuh ketulusan dan transparansi, tanpa ada basa-basi dan mengagungkan yang berlebihan. Keterbukaan itu terkadang membuat para khalifah menitikkan air mata.

Seperti yang terjadi antara Sulaiman bin Abd al-Malik, khalifah Dinasti Umayyah dan seorang tokoh ulama dari Madinah, Salamah bin Dinar atau yang sering pula dipanggil Abu Hazim al-A'raj. Peristiwa yang dinukilkan dari Mereka Adalah Para Tabiin karya Abdurrahman Ra'fat Basya ini berlangsung pada 97 H.

Ketika itu, Sulaiman dan rombongan melakukan ziarah ke Madinah. Semua pejabat dan para tokoh hadir menyambut kedatangan penguasa yang dielu-elukan itu kecuali sejumlah tokoh teladan dan tepercaya, termasuk Salamah.  

Di sela-sela sambutan meriah itu, sang khalifah berkata, “Sesungguhnya, hati itu bisa berkarat dari waktu ke waktu sebagaimana besi bila tidak ada yang mengingatkan dan membersihkan karatnya.” Mereka berkata, “Benar wahai Amirul Mukminin.”

Lalu, beliau berkata, “Tidak adakah di Madinah ini seseorang yang bisa menasihati kita, seseorang yang pernah berjumpa dengan para sahabat Rasulullah?” Mereka menjawab, “Ada wahai Amirul Mukminin, di sini ada Abu Hazim al-A'raj.”

Beliau bertanya, “Siapakah itu Abu Hazim?” mereka menjawab, “Dialah Salamah bin Dinar, seorang alim, cendekia, dan imam di Kota Madinah. Beliau termasuk salah satu tabi'in yang pernah bersahabat baik dengan beberapa sahabat utama.” Khalifah berkata, “Kalau begitu, panggillah beliau kemari, namun berlakulah sopan kepada beliau!”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement