Sabtu 27 May 2017 21:21 WIB
Belajar Kitab

Bagaimana Caranya Mencintai Allah?

Rep: Sya/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cabang iman lainnya adalah mencintai Allah SWT. Dalam kitabnya (Qami' al-Thughyan) ini, Syekh Nawawi al-Bantani menyatakan, ''Cintailah Tuhanmu, takutlah akan kepedihan siksa-Nya, berharaplah engkau akan rahmat Allah, dan bertawakallah benar-benar wahai orang Muslim. Cintailah nabimu, kemudian agungkan derajatnya; dan kikirlah dengan agamamu selama dilihat perbuatan dosa bagimu.''

Bagaimana caranya mencintai Allah? Syekh Nawawi menjelaskan, ''Tanda mencintai Allah adalah dengan mencintai Alquran. Tanda mencintai Allah dan Alquran adalah mencintai Nabi Muhammad saw. Tanda mencintai Nabi Muhammad SAW adalah mencintai sunah (ucapan, tingkah laku, dan sikap) beliau. Tanda mencintai sunah adalah mencintai akhirat. Tanda mencintai akhirat adalah membenci dunia (pujian orang, penampilan, kemewahan, dan lain-nya). Tanda membenci dunia adalah tidak mempergunakan harta benda dunia kecuali sebagai bekal menuju akhirat.''

Syekh Hatim bin Alwan berkata: ''Barang siapa mengaku tiga hal tanpa tiga hal lainnya maka ia adalah pembohong. (1) Orang yang mengaku mencintai Allah tanpa menjauhi larangan-Nya; (2) Orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad saw tanpa mencintai kefakiran; dan (3) Orang yang mengaku mencintai surga tanpa mau menyedekahkan hartanya.''

Adapun cabang iman berikutnya, menurut Syekh Nawawi adalah dengan mengagungkan ilmu, mengagungkan dan menghormati Alquran, bersuci itu separuh iman, dan menunaikan shalat fardu tepat waktu. Begitu juga, dengan memberikan zakat kepada yang berhak dengan niat khusus, puasa pada bulan Ramadhan, iktikaf, haji, dan jihad, merupakan bagian dari iman.

Selanjutnya, cabang iman yang ke-27 hingga 29 adalah mempertahankan garis demarkasi, jangan mundur dari medan pertempuran, dan berikan seperlima dari hasil rampasan perang; agar kepala negara yang memutuskan perkara membaginya.

Berikutnya yang juga termasuk cabang iman itu adalah memerdekakan budak, membayar kafarat (denda), memenuhi janji, bersyukur dengan sungguh-sungguh, serta menjaga lidah dan kemaluan.

Cabang iman lainnya adalah menunaikan amanat, larangan membunuh orang Muslim, menjaga makanan, menjaga hata dari yang haram, menghindari perhiasan, bejana, permainan yang dilarang, serta kewajiban membelanjakan harta dengan cara yang baik.

Disebutkan pula, seseorang yang senantiasa berpegang teguh pada yang telah disepakati, merupakan bagian dari iman. Syekh Nawawi menulis syair, ''Pegang teguh wahai kasihku, apa yang ada pada jamaah; hukumilah dengan adil dan cegahlah segala yang dosa. Perintahkan apa yang telah diketahui kebaikannya, bantulah manusia dengan sungguh-sungguh terhadap kebajikan dan ketakwaan, maka engkau akan dimuliakan.''

Ini merupakan kewajiban semua pihak, termasuk para penegak hukum, seperti pemimpin, polisi, hakim, jaksa, dan pengacara. Mereka tidak boleh mempermainkan hukum.

Yang tak kalah pentingnya, kata Syekh Nawawi, iman seseorang juga dapat diukur dari cara seorang Muslim memuliakan dirinya, menghormati yang tua, menyayangi yang muda, menghormati orang alim, mencintai dan menjaga anak istrinya, bekerja dengan sepenuh hati untuk keluarganya, serta menghormati tetangganya, merupakan bagian dari kesempurnaan iman.

Syekh Nawawi menutup pembahasannya dengan pembahasan cabang iman yang ke-77, yakni kewajiban mencintai seluruh manusia seperti dirinya sendiri.

''Cintailah manusia seperti engkau mencintai dirimu sehingga engkau menjadi orang yang bernikmat-nikmat dengan surga.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement