Kamis 25 May 2017 18:35 WIB

Besok, PBNU Siap Pantau Hilal di 90 Titik

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk menentukan awal Ramadhan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lajnah Falakiyah PBNU telah siap memantau hilal dan rukyat pada Jumat (25/5) besok. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj mengatakan, PBNU akan memantau di 90 titik untuk menentukan awal Bulan Ramadhan 2017. "Kita ada 90 titik, Sumenep, Bawean, Situbondo, dan lain-lain," ujar Kiai Said saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (25/5).

Ia menuturkan, NU tidak bisa menentukan awal Ramadhan kecuali jika sudah melakukan rukyat dan menyaksikan hilal. Kendati demikian, bukan berarti NU tidak bisa menghitung.

"Bukan berarti NU enggak bisa hitung, bisa hitung. Selain penentuan bulan Ramdhan dan Idul Fitri kita pakai hitung juga. Tapi kalau untuk awal Bulan Ramadhan dan awal Syawal kata Nabi Muhammad ini harus lirukyatikum, kamu melihatnya harus dengan mata," ucapnya.

Menurut dia, pada tahun-tahun sebelumnya biasanya yang menjadi penyebab adanya perbedaan dalam sidang Isbat adalah metodenya. Jika NU menggunakan cara dengan menyaksikan hilal langsung dengan mata, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab.

"Biasanya yang sudah-sudah itu, semua sepakat kecuali Muhammadiyah. Karena kenapa? karena Nabi Muhammad, khalifah Abu Bakar, Umar, Usma, Ali semua hisab. Mereka pakainya perhitungan kita pakainya penyaksian," kata Kiai Said.

Kendati demikian, menurut dia, perbedaan tersebut tidak menjadi masalah lantaran sama-sama umat Islam. Apalagi, kata dia, namanya pun sudah berbeda yaitu NU dan Muhammadiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement