Selasa 23 May 2017 05:27 WIB

Masjid Muhammad Al-Amin Berdiri di Atas Lahan Zawiya Ustmaniyah

Masjid Mohammad Al-Amin, Beirut, Lebanon.
Foto: Momentaryawe.com
Masjid Mohammad Al-Amin, Beirut, Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah keberadaan zawiya ini bisa dilacak dari manuskrip bertarikh 1933. Penamaan zawiya tersebut mengambil dari nama Syekh Abu Nasr al-Yafi. Dia merupakan orang Beirut kepercayaan sultan Ottoman. Dalam paruh akhir abad ke-19, Beirut berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ottoman.

Sultan Ottoman saat itu memberikan lahan tersebut kepada warga Beirut sebagai hadiah. Pada 1853 zawiya tersebut mulai beroperasi.

Pada 1950, asosiasi pendidikan Muhammad al-Amin terbentuk di Beirut. Salah satu keinginan perkumpulan ini adalah mengubah fungsi bangunan zawiya menjadi sebuah masjid. Sebab, format masjid akan lebih tepat menampung pelbagai kegiatan ruhani dan edukasi warga Beirut dan Muslim pada umumnya. Pada 1975 perang sipil pecah di Beirut, sehingga melumpuhkan setiap zawiya.

Perang tersebut berakhir pada 1990, tetapi telanjur mengoyak Lebanon dari negeri yang dikenal heterogen dan damai. Sedikit hikmah dari perang ini, sinergi gerakan masyarakat sipil setempat mendukung penuh perluasan fungsi zawiya menjadi sebuah masjid.

Pada November 2002 PM Lebanon saat itu, Rafik Hariri, menandai hari pertama pembangunan Masjid Muhammad al-Amin Beirut. Proyek tersebut berlangsung enam tahun lamanya. Adapun nama masjid ini mengambil dari sosok Nabi Muhammad SAW, lengkap dengan gelar beliau, al-Amin (orang yang terpercaya).

Penentuan lokasi pembangunan masjid ini juga memiliki makna tersendiri. Di sebelah Masjid Muhammad al-Amin, Gereja Kathedral Saint Georges Maronite berdiri. Adapun di sebelah utaranya, terdapat Gereja Kristen Ortodoks Saint George.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement