Jumat 19 May 2017 15:24 WIB

Pastor Fred dan Dahnil Bahas Pentingnya Silaturahim Antarumat Beragama

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak berdiskusi dengan beberapa ormas Islam, Katolik dan Kristen. Mereka melakukan silaturahim dengan beberapa tokoh Kristen dan Katolik di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (18/5).

Dahnil mengatakan, saat berkunjung ke kompleks Gereja Santa Theresia bertemu Pastor Fred S Tawaluyan. Dia menyampaikan ingin mendengarkan nasihat dari Pastor Fred terkait suasana keumatan dan kebangsaan saat ini. Pastor Fred pun menerangkan tentang pentingnya silaturahim.

"Beliau (Pastor Fred) menyampaikan, saat ini, toleransi penting dijaga. Caranya, ya seperti yang dilakukan oleh Mas Dahnil saat ini membangun silaturahim, saling mengunjungi dan berdialog dengan terbuka, dialognya dari hati ke hati, jujur," kata Dahnil kepada Republika.co.id, Jumat (19/5).

Namun, kata Fred, bukan toleransi yang penuh kepalsuan. Juga bukan sekadar toleransi simbolik seperti saat Natal teman-teman ormas Islam menjaga gereja. Begitu pula sebaliknya, saat Idul Fitri, ormas Kristen menjaga masjid dan lapangan.

Menurut Fred, hal yang paling penting dilakukan ormas Islam dan Kristen saat ini adalah silaturahim. Dia berharap, apa yang dilakukan Dahnil bisa dicontoh dan dilanjutkan oleh teman-teman OKP dan ormas-ormas di Sulawesi Utara.

Fred juga sudah melakukan silahturahim melalui Badan Koordinasi Umat Beragama (BKSUB) Sulawesi Utara. "Yang paling penting adalah silaturahim, pertemuan seperti ini," ujarnya.

Dahnil sepakat dengan Pastor Fred. Menurutnya, sebenarnya toleransi rakyat Indonesia sudah menjadi genetika. Bahkan, toleransi umat beragama di Indonesia sudah menjadi best practice bagi dunia.

Akan tetapi, dikatakan dia, toleransi umat beragama di Indonesia yang sebenarnya baik-baik saja, kemudian dirusak dengan narasi-narasi ketertakutan. Sehingga, seolah-olah toleransi Indonesia terancam.

"Padahal, di tingkat masyarakat baik-baik saja, tapi justru sumber masalahnya adalah elite-elite politik yang rajin memproduksi narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam," ujarnya.

Dahnil menegaskan, praktik politik yang dilakukan para elit politik Indonesia belakangan ini sesungguhnya mendestruksi toleransi dan keberagaman di Indonesia. Sedangkan, di akar rumput faktanya baik-baik saja dan tetap merawat toleransi yang autentik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement