Rabu 17 May 2017 08:39 WIB

Arkeolog Dunia Promosikan Wisata Sejarah Islam di Afrika

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Ilham
Peradaban Islam di Afrika Barat.
Foto: Onislam.net
Peradaban Islam di Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, AL MANAMA -- Para arkeolog Muslim mengadakan pertemuan di al-Manama, Bahrain, untuk menindaklanjuti hasil penelitian mereka terhadap sejumlah pusat sejarah peradaban Islam di Benua Afrika. Pertemuan yang bertajuk “Arkeologi Islam dalam Perspektif Global” itu bertujuan mempromosikan pariwisata di lokasi penelitian mereka. Demikian dilansir The Africa Report, Selasa (16/5).

Salah satu lokasi penelitian itu adalah Volubilis di Maroko. Kota ini merupakan salah satu titik silang budaya penting peradaban Romawi dalam abad ketiga sebelum Masehi. Penggalian arkeologis membuktikan, Volubilis memiliki warisan kekayaan beberapa peradaban dari era Kristen Roma menuju periode kejayaan Islam.

“Ambil Maroko sebagai contohnya, yakni di Volubilis, salah satu situs warisan dunia UNESCO. Kota tersebut merupakan area tempat pertama penyebaran Islam di Afrika Utara,” kata Dr Corsiande Fenwick, salah seorang peserta yang juga arkeolog area Mediterania.

Selain itu, Mali dengan Masjid Agung Djenne juga perlu sorotan global. Masjid tersebut pada 1988 diakui sebagai sebuah warisan peradaban dunia versi UNESCO.

Arsitektur Masjid Agung Djenne terbilang istimewa karena menandai puncak peradaban Sudan-Saheli, bangsa yang mendiami Mali sejak abad ke-14 Masehi. Merekalah yang berjasa menyebarkan Islam di wilayah Afrika Barat.

Para arkeolog berhasil menemukan empat situs yang di dalamnya terdapat sekitar 2.000 rumah kuno, lengkap dengan pelbagai peninggalan. Artefak-artefak itu diperkirakan berasal dari abad ketiga SM.

Selain Masjid Agung Djenne, situs lain yang mendukung pariwisata di Mali adalah Timbuktu. Kota tua tersebut juga diakui UNESCO sebagai warisan sejarah dunia. Bukti-bukti tertulis menunjukkan, sejak abad ke-13 Masehi Timbuktu sudah menjadi pusat peradaban penting di Afrika. Namun, para arkelog mengaku cukup khawatir bila pemerintah setempat serta sinergi dunia internasional kurang merawat situs-situs tersebut.

Prof Benjamin Kankpeyeng dari Universitas Ghana menyampaikan kekhawatiran itu. Menurut dia, ada cukup banyak situs arsitektur yang bernilai historis tinggi, tetapi belum cukup menerima perhatian yang patut dari semua pihak.

Selain Afrika Barat, wilayah Afrika Timur juga memiliki sejumlah pusat peradaban kuno. Misalnya, di Stone Town, Zanzibar. Kota ini telah menjadi pelabuhan niaga yang penting dalam menghubungkan Afrika dengan Asia berabad-abad lamanya. Kunjungan turis ke Zanzibar ditaksir mencapai ratusan ribu orang per tahun.

Namun, sejumlah arkeolog menilai, masih banyak lagi situs-situs bersejarah yang luput sebagai potensi pariwisata. Ini membutuhkan perhatian dan dukungan, baik dari pemerintah masing-masing negara maupun lembaga-lembaga internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement