Sabtu 06 May 2017 21:11 WIB

Rais Aam NU: Kita Berjuang untuk Islam, Tetapi Tetap Konstitusional dan Demokratis

 Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON — Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin kembali menegaskan tanggung jawab ulama dalam himayat ad-daulah atau menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal kanan ataupun radikal kiri. Menurut dia ulama bertanggungjawab menjaga umat dan melayani umat. Ulama juga bertanggungjawab dalam menjaga negeri ini. 

“Karena ulama juga turut berperan dalam mendirikan NKRI, maka wajib hukumnya ulama menjaga keutuhan NKRI," kata Kiai Ma'ruf dalam Halaqah Alim Ulama dan Kyai Pesantrem se Wilayah III Cirebon, Sabtu (6/5) di Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon.

Cicit Syekh Nawawi Al-Bantani ini juga mengungkapkan, saat ini, ada kelompok yang ingin memperjuangkan Islam, tanpa memperhatikan realitas kebangsaan dan memaksakan kehendak. Ada juga kelompok yang melakukan delegitimasi agama.

Dua kubu ini sekarang menguat, kata dia. NU yang cara berpikirnya moderat, harus bisa melunakkan, mengendalikan dua kubu ini. 

 

“Kita harus mencegah gejala-gejala yang bisa menimbulkan konflik ini," ujar dia. 

Dia mengimbau agar para kiai lebih peka dalam mendidik umat dan memperjuangkan kemaslahatan umat Islam, ulama harus memperhatikan konstitusi, kebinekaan, dan toleransi. "Kita bukan tidak  berjuang untuk Islam, kita berjuang dengan cara konstitusional dan demokratis," katanya. 

Pelayanan terhadap umat, kata Kiai Ma'ruf juga dilakukan dalam bentuk menjaga kerukunan umat. Berikutnya perlu melakukan perbaikan (islah) dan pelayanan (khidmat) umat. Menurut dia, ini adalah momentum yang sangat baik. 

“Baru-baru ini kita mengadakan kongres ekonomi umat. Kita gerakkan ekonomi umat. Mendorong umat untuk mandiri. Bila perlu berkonstribusi kepada bangsa," kata dia. 

Hal senada diungkap Wakil Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. Bakti Kiai NU terhadap umat, menurut dia, telah dilakukan dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Dalam kondisi situasi bangsa yang sedang mengalami pancaroba ini, kata dia,  perlu mengingat kembali kontribusi dan uswah atau teladan yang diajarkan para ulama lampau. “Saat ini kita harus mulai mengoreksi diri menjelang satu abad NU ini, apa yang  bisa kita sumbangkan untuk NU dan bangsa ini," ujarnya.

Halaqah yang dihadiri ratusan ulama se Wilayah III Cirebon itu juga menghasilkan sejumlah usulan strategis untuk memaksimalkan sinergi gerakan NU.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement