Sabtu 29 Apr 2017 09:35 WIB

25 Ribu Umat Muslim Sevilla Butuh Masjid

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Direktur Yayasan Mosque Sevilla Ibrahim Hernandez dan Artis pendukung program A Tile For Seville kerja sama Global Wakaf ACT,  Jumat (28/4).
Foto: Republika/Ratna Ajeng Tejomukti
Presiden Direktur Yayasan Mosque Sevilla Ibrahim Hernandez dan Artis pendukung program A Tile For Seville kerja sama Global Wakaf ACT, Jumat (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sevilla merupakan salah satu kota berpenduduk muslim terbesar keempat di Spanyol. Mirisnya 25 ribu umat muslim di Sevilla tidak memiliki ruang ibadah yang layak. Oki Setiana Dewi, artis pendukung gerakan penggalangan dana untuk pembangunan masjid Sevilla mengatakan saat ini umat muslim di Sevilla hanya memiliki ruang kecil di lantai dasar apartemen untuk shalat berjamaah.

"Tidak seperti di Indonesia yang bebas,  mereka hanya bisa melakukan shalat saja tanpa ada aktivitas lain, ini karena adanya protes dari warga sekitar yang mengeluh bising jika ada aktifitas lain," ujar dia saat konferensi pers Program A Time For Seville di Hotel Puri Denpasar, Jumat (28/4).

Umat muslim Sevilla merupakan generasi kedua dari warga asli Spanyol yang menjadi mualaf. Generasi pertama tumbuh di sebuah kota bernama Granada. Setelah kejayaan Islam runtuh di Eropa,  warga Spanyol pergi ke Inggris,  mereka menemukan kembali hidayahnya.  Di tahun 1970-an mereka kembali ke Spanyol untuk menyebarkan agama Islam.

Baru di tahun 2000 sebuah masjid di Granada bisa berdiri setelah berjuang selama 23 tahun di negara yang kini menjadi sekuler.  "Awalnya lahan masjid di Granada merupakan lahan tak terpakai dan digunakan sebagai pembuangan sampah," kata dia.

Setelah gunungan sampah dibersihkan, sebuah masjid berdiri dengan cantik dan saat ini justru menjadi salah satu destinasi wisata halal disana. Semakin berkembangnya penduduk muslim, mereka pun menyebar di kota lain seperti Sevilla.

Sevilla merupakan salah satu kota besar dengan biaya hidup yang tinggi.  Untuk membangun masjid membutuhkan biaya yang tidak sedikit,  khususnya untuk membeli tanah di lahan umum.

Saat masuk waktu shalat ketika bekerja dan kuliah mereka kesulitan shalat,  karena tidak ada ruang shalat,  di tempat umum pun khawatir keamanannya dan untuk kembali ke rumah terlalu jauh. Shalat mereka lebih sering di Jama terutama shalat zuhur,  ashar dan maghrib. Sedangkan untuk ke masjid di Granada mereka membutuhkan waktu dua jam perjalanan.

Tak hanya untuk shalat,  mereka membutuhkan masjid di pusat kota sebagai tempat diskusi,  membina mualaf dan mendidik anak dengan mengajarkan ilmu Islam.  Saat inu setiap pekan ada saja satu orang yang memeluk Islam dan mereka butuh pembinaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement