Jumat 28 Apr 2017 05:52 WIB

Menag Tulis Awal Ayat 49 Surah Al-Baqarah Mushaf Babakan

Menulis mushaf Alquran (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Menulis mushaf Alquran (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pondok Pesantren Babakan menulis mushaf Alquran yang rencananya akan diberi nama Mushaf Babakan. Menag Lukman Hakim Saifuddin mendapat kesempatan untuk menulis awal ayat ke-49 surah al-Baqarah.

Usai menulis, Menag diperlihatkan lembar-lembar mushaf yang sudah selesai proses penulisannya. "Tulisannya sangat bagus dan konsisten. Siapa khatthat-nya?" tanya Menag kagum di komplek pesantren Alhikamus Salafiyah, Babakan, Cirebon, Kamis (27/4).

Didampingi Seditjen Pendis Isom Yusqi, Menag menerima penjelasan terkait proses penulisan Mushaf Babakan dari salah satu pengasuh pesantren, KH Lukman Hakim.

Menurut KH Lukman, setian halaman mushaf dihiasi dengan iluminasi yang diambil dari hasil riset beberapa situs di Cirebon. Salah satunya motif jambu yang dinisbatkan pada Pondok Pesantren Kebon Jambu. Selain itu, iluminasi juga dilengkapi dengan tulisan kaligrafi nama-nama pesantren di Babakan. Hiasan ini bersifat konsisten dalam setiap juznya.

"Penjelasan tentang iluminasi ini penting ditulis agar publik tahu. Ini juga sambil mempublikasikan khazanah tradisi Cirebon," kata Menag.

KH Lukman menambahkan, Mushaf Babakan ditulis sejak 2012. Seluruh lembar mushaf ditulis dengan tulisan tangan ahli kaligrafi yang juga santri Babakan, yaitu Faraid.

Ditemui di tempat yang sama, Faraid mengaku, tidak ada target khusus untuk menyelesaikan seluruh proses penulisan Mushaf Babakan. Tapi, dia berharap, pada 2018, sudah bisa dirilis.

Santri yang sudah belajar sekitar tujuh tahun di Babakan ini pernah menjadi juara nasional kaligrafi di ajang MTQ Nasional di Batam tahun 2014. "Saat ini sudah ada delapan juz yang sudah finis," katanya.

Selain meninjau ruang kerja penulisan Mushaf Babakan, Menag juga berbagi pengalaman dengan para santri, usai Zuhur berjamaah. Menag meminta para santri untuk giat belajar agar dapat memahami yang bermanfaat untuk diambil dan yang negatif untuk dihindari.

"Hormati orang tua, kiai dan guru yang telah berbagi ilmu. Jika selesai dari pesantren, amalkan ilmunya dengan cara berbakti kepada mereka," katanya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement