Selasa 25 Apr 2017 04:06 WIB

MUI: Isra Mi'raj Jangan Sekadar Dirayakan

Peringatan Isra Mi'raj.
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Peringatan Isra Mi'raj.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu menegaskan bahwa momentum Isra dan Mi'raj jangan sekadar dirayakan atau diperingati bagi umat Islam di daerah tersebut.

Ketua MUI Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg mengemukakan bahwa momentum dan makna dari Isra dan Mi'raj harus di tanamkan dalam hati sebagai suatu bentuk keyakinan yang diikutkan dengan implementasi dalam kehidupan sosial.

"Apalah gunanya jika hanya untuk sekedar peringati, namun momentum tersebut tidak bermakna apa-apa dalam pribadi seseorang," kata Prof Zainal Abidin, Senin (24/4).

Pakar Pemikiran Islam modern itu menegaskan umat Islam jangan berpikir hanya untuk memperingati momen Isra dan Mi'raj. Yang terpenting, menurut dia, yakni penanaman keyakinan terhadap peristiwa Isra dan Mi'raj serta implementasi makna momentum tersebut.

 

"Yang terpenting adalah peristiwa atau sejarah tersebut serta makna dari peristiwa itu diketahui dan diyakini serta diimplementasikan dalam kehidupan sosial," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa peristiwa Isra dan Mi'raj mengandung beberapa tujuan, diantaranya menghibur Nabi Muhammad Saw yang saat itu tengah berduka. Tujuan lain dari itu, urai dia, yakni menyambut atau menerima shalat sebagai bentuk kewajiban yang harus dilaksanakan bagi umat Islam.

"Ada beberapa tujuan Isra dan Mi'raj yang dilaksanakan Allah lewat Nabi Muhammad Saw. Di antaranya menghibur nabi, memperlihatkan kekuasaan Allah, serta menyambut atau menerima shalat," urainya.

Ia menyatakan banyak pendapat mengenai perjalanan Mi'raj. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebelum bertemu Allah, Nabi dibelah dadanya dan dibersihkan atau dikeluarkan kotoran menggunakan air zamzam.

"Ini satu pendapat. Namun, jika kita melihat pendapat itu maka muncul anggapan bahwa Nabi Muhammad kotor sehingga harus dibersihkan. Pertanyaannya apakah nabi, kotor?" urainya.

Pendapat kedua mengatakan tidak dikeluarkan kotoran, karena nabi tidak kotor. Melainkan ditambah kesucian diatas tingkat kesucian karena akan bertemu dengan yang maha suci.

Pendapat yang lain yakni Nabi Muhammad dibelah dan ditambah untuk disucikan serta ditambah kekebalan tubuh karena melakukan perjalan yang sangat panjang dan jauh dengan kecepatan yang sangat tinggi bertemu Allah dalam waktu yang sangat singkat.

Para ahli menyebut bahwa kecepatan nabi melaksanakan Mi'raj yaitu 3,3 juta km per detik. Karena itu nabi perlu diberikan kekebalan tubuh, jika tidak diberikan kekebalan tubuh maka tubuh akan hancur dalam perjalanan dengan kecepatan tersebut.

"Nah umat Islam perlu untuk mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, agar tidak hanya bertahan pada satu pendapat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement