Senin 24 Apr 2017 16:56 WIB

Kiai Cholil: Orang Mengira Bahagia dengan Uang, Padahal Harus Dilandasi Agama

Rep: Muhyiddin/ Red: Karta Raharja Ucu
KH Cholil Nafis
Foto: dok.Pribadi / cholilnafis.tv
KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis berpendapat, masih banyak orang yang hidup di era modern ini yang mengira kesuksesan dapat diraih hanya dengan kerja keras dan banyak yang hanya menyandarkan pada kekuatan diri dan kecerdasan pribadi semata. Padahal, menurut dia, semua itu harus berlandaskan spiritual.

“Orang mengira bahwa bahagia hanya dengan uang dan uang, padahal itu harus dilandasi agama,” ucap kepada Republika.co.id, Senin (24/4).

Ia berkata, hanya Allah yang bisa memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam saat melakukan lompatan kilat ke Masjidil Aqsa dalam perjalanan Isra dan Miraj. Karena itu, segala hal yang dilakukan di dunia ini harus diiringi dengan landasan keagamaan yang kokoh.

“Nabi shalallahu alaihi wassalam kalau jalan sendiri tak mungkin bisa jalan dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsha hanya setengah malam. Tapi karena Allah yang menjalankan maka yang tak biasa bisa terjadi,” katanya.

Ia berkata Isra dan Miraj merupakan peristiwa besar yang hanya terjadi sekali dalam sepanjang hidup. Pada tahun ini, hari besar umat Islam ini diperingati, Senin (24/4) hari ini.

Kiai kelahiran Sampang, Madura ini menjelaskan Isra' menggambarkan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram ke Masijil Aqsha di mana sebelum melakukan perjalanan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dibelah dadanya untuk dibersihkan. Karena itu, kata dia, jika ingin meraih kesuksesan harus berawal dari niat yang tulus.

“Inilah hikmah apapun yang kita lakukan harus berawal dari niat yang tulus jika ingin hasilnya baik,” ujarnya.

Ia melanjutkan, jika saat itu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam Mi'raj menghadap Allah subhanahu wa ta'ala secara fisik dan ruh, maka secara rohani umat Islam diwajibkan Mi'raj secara ruh minimal lima kali sehari untuk menjadi kontrol hidupnya, yaitu dengan melaksanakan shalat lima waktu.

“Isra' dan Mi'raj menjadi pelajaran bahwa kebaikan itu berangkat dari agama dan spiritualitas,” ucapnya.

(Baca Juga: MUI Ungkap Hikmah Isra dan Mi'raj Rasulullah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement