Senin 24 Apr 2017 16:44 WIB

MUI Ungkap Hikmah Isra dan Mi'raj Rasulullah

Rep: Muhyiddin/ Red: Karta Raharja Ucu
Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina. Rasulullah melakukan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu Miraj ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat dari Allah.
Foto: ROL
Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina. Rasulullah melakukan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu Miraj ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat dari Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis menjelaskan, Isra dan Miraj merupakan peristiwa besar yang hanya terjadi sekali dalam sepanjang hidup. Pada tahun ini, hari besar umat Islam ini diperingati, Senin (24/4) hari ini.

Kiai kelahiran Sampang, Madura ini menjelaskan Isra' menggambarkan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram ke Masijil Aqsha di mana sebelum melakukan perjalanan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dibelah dadanya untuk dibersihkan. Karena itu, kata dia, jika ingin meraih kesuksesan harus berawal dari niat yang tulus.

“Inilah hikmah apapun yang kita lakukan harus berawal dari niat yang tulus jika ingin hasilnya baik,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin.

Ia melanjutkan, jika saat itu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam Mi'raj menghadap Allah subhanahu wa ta'ala secara fisik dan ruh, maka secara rohani umat Islam diwajibkan Mi'raj secara ruh minimal lima kali sehari untuk menjadi kontrol hidupnya, yaitu dengan melaksanakan shalat lima waktu.

“Isra' dan Mi'raj menjadi pelajaran bahwa kebaikan itu berangkat dari agama dan spiritualitas,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement